Istilah Islam Nusantara dari kaidah bahasa Indonesia sudah salah dan bisa mereduksi Islam itu sendiri.
“Kata Islam Nusantara, dalam kaidah bahasa Indonesia yang diterangkan itu lebih spesifik daripada yang menerangkan, kita gunakan kata lain, Indonesia universitas, dalam kaidah bahasa Indonesia itu salah. Mestinya Universitas itu partikular, Indonesia universal lebih umum,” kata Pimpinan Ponpes Gontor Darussalam Hamid Fahmi Zarkasyi.
Pria yang mendapatkan gelar doktor dalam bidang pemikiran Islam ISTAC IIUM Malaysia mengatakan seperti itu di Youtube dengan judul “Kesalahan Dasar Konsep Islam Nusantara”
Hamid menerangkan dari segi kaidah bahasa Indonesia seperti sekolah Indonesia, sekolah itu partikular dan Indonesia general.
“Sekarang di balik, Indonesia sekolah, begitu pula Islam Nusantara, Islam itu lebih besar atau lebih kecil dari Nusantara, berarti mereduksi nama Islam hanya sekedar nusantara,” paparnya.
Kata pria yang mendapatkan gelar S2 studi Islam dari Birmingham University Inggris ini, di agama Kristen bisa mereduksi contohnya di Jawa Timur. “Kalau dalam agama kristen itu bisa di Jawa Timur itu ada Gereja Jawi Wiwitan,” paparnya.
Menurut Hamid, sebelum Islam Nusantara digunakan orang-orang liberal mensifati Islam dengan kontradiktif yaitu Islam Liberal.
“Liberal itu tidak bisa ketemu. Islam itu berserah diri, liberal itu bebas, dan orang-orang liberal di negara Barat Tuhan tidak bisa mengurusi manusia, bebas dari Tuhan, bebas dari agama. Islam liberal itu Islam yang bebas Tuhan,” paparnya.
Menurut Hamid, kalau ada Islam Nusantara berarti mengindasikan ada Islam yang lain juga Islam arab, Islam India. Di dalam benak orang yang mengatakan Islam Nusantara pasti ada Islam arab dan mengatakan Islam Nusantara bukan Islam arab.
“Pertanyaan, ada Islam arab? Islam itu mengislamkan orang arab. Islam itu agama yang turun di negara arab dan menggunakan bahasa arab, dan merupakan satu-satunya bahasa kuno di dunia masih bertahan sampai sekarang. Di dalam bahasa arab tidak dimiliki bahasa lain, di agama lain tidak ada istilah rezeqi. mereka menggunakan Islam Nusantara menjadikan Islam itu pluralitas maka terjadi relativitas, maka tidak ada Islam yang benar,” pungkasnya.