Orang-orang masih bertahan di Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) memiliki mental brankas.
“Mereka yang tabah bertahan di dewan pengarah BPIP adalah orang-orang yang memiliki mental brankas,” kata wartawan senior Asyari Usman di akun Facebook-nya.
Kata Asyari, brankas itu mampu melindungi duit gaji hingga ratusan juta.
Mantan Tenaga Ahli Madya di BPIP Damhuri Muhammad mengungkapkan masalah mendasar administrasi di lembaga tersebut terutama sejak lembaga ini berdiri bernama UKP-PIP.
Dikutip dari Tirto, Unit Kerja yang seharusnya punya ruang kerja ini nyatanya hanya diberi satu ruang yang sangat sempit dan menumpang. Ruang tersebut pun berada di sayap timur Sekretariat Negara yang berada di Jalan Veteran Raya.
“Kadang kami sedang rapat harus keluar karena ruangannya dipakai,” ucap Damhuri menceritakan awal mula bekerja di unit tersebut.
Petugas tak mengerti bagaimana menyusun penganggaran dalam mendukung program kerja sehingga terkadang Tenaga Ahli dan Sekretariat harus ribut gara-gara masalah anggaran berbelit. Masalah mulai terasa jadi ruwet lantaran petugas sekretariat yang disediakan Seskab ini dirasa tidak transparan dalam mengelola keuangan.
“Misalnya ada anggaran kegiatan Rp65 juta, anggaran yang sudah disetujui hanya turun Rp35 juta, dan sisanya entah ke mana?” kata Damhuri.
Ketidaktransparanan dalam pengelolaan anggaran itu juga diperparah dengan belum cairnya gaji untuk 26 tenaga ahli yang bekerja di UKP-PIP. Terhitung sejak Juli 2017, Damhuri mengatakan, para tenaga ahli belum menerima pembayaran gaji. Masalah ini yang bikin Yudi meradang.