Orang-orang Tionghoa yang menolak Ganti Presiden 2019 karena telah menikmati kekuasaan dan ada di lingkaran penguasa.
“Sekelompok orang Tionghoa yang sudah terlanjur menikmati enaknya kue kekuasaan, pastilah merasa terganggu,” kata tokoh Tinghoa Lieus Sungkharisma, Ahad (27/5).
Kata Liues, orang-orang Tionghoa yang ada pusat kekuasaan tentunya menolak Gerakan Ganti Presiden 2019.
“Apalagi orang Tionghoa yang kini ada di partai pendukung pemerintah,” ungkap Lieus.
Disisi lain, Lieus tak ingin terlalu menanggapi klaim dan respon berlebihan dari sekelompok orang Tionghoa terhadap dukungannya pada gerakan tagar 2019 Ganti Presiden.
“Fokus kami saat ini adalah membangun kesamaan visi guna mempersiapkan 2019 Indonesia Pasca Jokowi,” katanya.
Karena itulah, tambah Lieus, tagar 2019 Indonesia Pasca Jokowi diharapkan menjadi gerakan konsepsional agar bangsa tidak mengalami nasib buruk seperti pasca reformasi 1998.
“Dulu saat reformasi 1998 semua orang hanya sibuk menjatuhkan Soeharto. Tapi lupa mempersiapkan diri setelah pak Harto jatuh mau ngapain. Akibatnya kita rasakan sekarang ini. Walau sudah 20 tahun reformasi berjalan, bangsa ini tak menjadi lebih baik. Bahkan semakin buruk secara politik, sosial, budaya dan lebih-lebih ekonomi,” kata Lieus.
“Ini gerakan moral dan konsepsional. Jadi tagar 2019 Indonesia Pasca Jokowi bukan gerakan main-main sekedar untuk tujuan politik pragmatis agar bisa duduk di kursi pemerintahan atau sekedar pencitraan agar kembali terpiih jadi anggota parlemen,” pungkasnya.