Ajaran Sunan Kudus bisa dijadikan menangkal gerakan terorisme di Indonesia bahkan dunia.
“Sudah saatnya semangat toleransi antar umat beragama yang diajarkan Sunan Kudus dipromosikan kepada dunia,” kata motivator muda KH. Sofiyan Hadi, Lc., MA dalam pernyataan kepada suaranasional.
Sofyan mengatakan seperti itu dalam seminar bertemakan “Strategi Dakwah Sunan Kudus dan Sunan Muria.”
Kata Sofyan, Menara Kudus yang mirip candi Hindu, juga tempat wudhu’ dengan ornamen archa Budha itu adalah bentuk akulturasi budaya yang indah. Bahkan Sunan Kudus melarang menyembelih sapi.
“Padahal hukumnya jelas halal. Hal ini dilakukan oleh sunan Kudus demi menjaga harmoni dan membangun kedamaian antar sesama,” jelas Sofyan.
Selain belajar agama dengan benar dalam menangkal terorisme, kata Sofyan generasi muda harus juga mengembangkan jiwa seni dan semangat entrepreneurship.
“Seni itu olah rasa, supaya hidup tidak kering dan kaku. Sementara entrepreneurship menjadikan hidup kita produktif dan kontributif. Kalau Anda kaya, berapa banyak kebaikan yang dapat Anda ciptakan?” ujarnya.
Sementara itu, Hj. Khadijah yang juga pengasuh pesantren entrepreneur Al-Mawaddah mengatakan, agar perempuan tidak gampang menjadi sasaran radikalisasi, sebaiknya perempuan fokus terhadap pengembangan potensinya agar menjadi perempuan yang mandiri dan terlibat dalam semua aspek pembangunan.
Keluarga perlu menanamkan sejak kecil nilai-nilai kehidupan beragama, bermoral, penuh kasih sayang, belajar mencintai sesama, lingkungan hidup, dan terus dipupuk sampai dewasa.
”Siapa bilang perempuan hanya ngurusi sumur-dapur-kasur? Ajaran Sunan Kudus Gusjigang (Bagus, Ngaji, Dagang -red) itu bukan khusus untuk laki-laki. Jadi, selain berakhlak mulia, Perempuan harus cerdas dan mandiri, karena akan menjadi guru yang pertama bagi anak-anaknya,” pungkas Khadijah.