Novel Ghost Fleet karya PW Singer dan August Cole yang menyebut Indonesia bubar pada 2030 harus diwaspadai dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM).
“Jangan pernah meremehkan kekuatan sebuah novel fiksi. Apalagi jika ditulis oleh ahli matematika yang kreatif,” kata pengamat intelijen Susaningtyas NH Kertopati, Sabtu (24/3).
Kata Nuning, antisipasi bubarnya Indonesia dengam penyiapan terhadap kemampuan sumber daya manusia (SDM) terdidik dan terlatih sangat penting.
“Wajar bila kita melakukan forecasting terhadap masa depan negara, karena kita bisa ancang-ancang mau dibawa ke mana negara ini,” jelas Nuning.
Alumni doktor Ilmu intelijen Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung mengatakan, Indonesia harus segera melakukan restrukturisasi dalam segala bidang sebagai langkah antisipasi. Indonesia harus waspada dalam menghadapi tantangan ke depan, karena untuk bisa eksis di dunia akan jauh lebih berat.
Ada banyak tantangan yang akan dihadapi Indonesia dan bangsa-bangsa di dunia pada masa mendatang. Tantangan itu adalah krisis pangan, krisis energi, krisis ekonomi, krisis demografi, perubahan iklim, pelambatan pertumbuhan ekonomi, fluktuasi ekstrem harga minyak, turbulensi politik dan instabilitas kawasan, failing/failed dan rogue state, insurgensi dan terorisme, polarisasi hagemoni dunia, dan dimulainya era digitalisasi .
“Itu adalah sedikit dari banyak masalah kontemporer yang akan menimbulkan ketidakpastian di tingkat nasional, regional, dan global. Pertanyaan yang muncul, apakah Indonesia, yang selama ini mampu bertahan hingga 72 tahun, akan mampu bertahan hingga hari jadinya yang ke-100 tahun pada 2045? Seperti apa tantangan riil ke depan yang akan dihadapi? Bagaimana dan seperti apa tindakan yang harus diambil Indonesia agar mampu menghadapi tantangan di masa mendatang?” kata Nuning.
Menurut dia, dari perspektif ilmu pertahanan, maka ancaman di masa mendatang, baik yang faktual maupun potensial, dapat dibedakan menurut bentuk dan sifatnya. Menurut bentuknya, maka ada ancaman militer dan ancaman nonmiliter. Sementara, menurut sifatnya, maka ada ancaman militer itu sendiri dan ancaman nirmiliter.
Kompleksitas bentuk dan sifat ancaman itu menuntut Indonesia menyusun strategi hibrida untuk mengantisipasinya. “Kita harus mampu berimajinasi tentang Indonesia 2030, sehingga mampu menuangkan strategi yang yang kreatif dan inovatif. Sebagai contoh, imajinasi para penulis novel fiksi Ghost Fleet, yang membayangkan ada perang dunia di masa mendatang dengan skenario ada kelompok negara yang menang dan ada kelompok negara yang kalah,” kata dia.
Dari tinjauan matematika, kata Nuning, Indonesia bisa menelaah kedua skenario tersebut sebagai hasil ekstrapolasi menggunakan kombinasi metode projection, forecasting dan foreseen. Seluruh negara di dunia diekstrapolasikan di masa mendatang dari kondisinya saat ini. Melalui simulasi program komputer, maka hasil akhir kondisi setiap negara dapat dengan mudah diketahui dengan logika.