Menggunakan alat bantu hubungan badan juga dipakai oleh beberapa wanita di Indonesia. Mereka membeli secara langsung maupun online.
Seperti pengakuan perempuan sebut saja bernama Dewi (38) yang menggunakan alat bantu hubungan badan untuk memuaskan syahwat biologisnya.
“Suami saya kerja di perusahaan tambang di Kalimantan dari tahun 2014. Dalam setahun cuma pulang tiga kali, atau rata-rata kami bertemu empat bulan sekali. Ketika ngobrol sama teman, dia menyarankan saya untuk pakai sex toy, karena dia juga sempat pakai. Akhirnya cari-cari di situs jual beli online,” ujar Dewi dikutip dari tribunnews.
Dewi mengatakan, tujuh bulan pertama berjauhan dari suaminya yang kerja di Kalimantan, ia masih bisa menahan diri.
Namun setahun hingga satu setengah tahun berjalan, ia tidak kuat lagi menahan keinginan untuk berhubungan badan dalam jeda yang lama
“Kalau beberapa bulan pertama masih bisalah ditahan sambil menunggu suami pulang liburan cuti. Kalau dia liburan cuti ya kami manfaatkan waktu buat keluarga dan waktu berduaan. Nah pas suami saya kerja lagi, bulan-bulan berikutnya kesepian lagi untuk urusan ranjang. Siapa juga yang kuat menahan nafsu nggak tersalurkan,” ucap Dewi sambil tersenyum.
Perihal menggunakan alat bantu seks, awalnya Dewi takut.
Namun setelah mencari informasi tentang penggunaan alat bantu seks di internet dan konsultasi ke teman-temannya serta dokter ahli, Dewi pun merasa lega.
“Dokter menyarankan pakai yang bahannya aman, nyaman dan pemakaiannya harus benar-benar bersih. Yang jelas kita sebagai pengguna harus benar-benar tahu bahan baku pembuatannya. Kan banyak yang terbuat dari silikon atau karet. Saya harus tahu dampaknya, takutnya nanti iritasi dan infeksi,” terangnya.
Pertama kali menggunakan alat bantu seks Dewi merasa geli namun setelah mencobanya, ia pun kini merasa cukup nyaman.
Selama memakainya, ia merasa ada kepuasan tersendiri.
Cara ini pun, kata Dewi, ampuh untuk memenuhi hasrat biologisnya yang bisa muncul sewaktu-waktu.
“Pertama kali ya geli gimana gitu. Tapi setelah dicoba, saya merasa terpuaskan. Tentu nikmatnya tak sama dengan nikmat berhubungan dengan suami,” ujarnya.
Apakah suami tahu? Ditanya demikian Dewi pun mengiyakan.
Awalnya ia takut menyampaikan perihal itu ke sang suami. Setelah melalui pembicaraan dan penjelasan, akhirnya suami Dewi pun menyetujui.
“Jelas takut lah ngomong gitu ke suami. Tapi saran dokter, soal itu harus diomongin ke suami. Akhirnya pas suami pulang cuti liburan, saya omongin. Awalnya dia kaget dan agak marah. Setelah saya beri penjelasan, dia setuju. Suami bilang, daripada berisiko selingkuh, pakai alat bantu seks sangat membantu,” tutur perempuan yang tinggal di perumahan kawasan Renon ini.
Ada hal lucu yang diceritakan Dewi.
Setelah suaminya mengetahui dirinya menggunakan alat bantu seks, ketika berkomunikasi melalui video call, sang suami kerap iseng.
“Dulu saat saya video call dengan suami, paling kami ngobrol nakal. Setelah tahu, sambil ber-video call, dia minta saya nunjukin dildo. Obrolan menjadi lebih bergairah,” ucapnya sembari tertawa.
Ditanya berapa jumlah alat bantu seks yang dimilikinya, Dewi mengaku mempunyai dua dildo sintetis.
Ada jenis getar dan berukuran besar. Keduanya diperoleh dengan membeli dari toko online, dengan kisaran harga Rp 1 jutaan.
“Cuma punya dua saja. Saya pesan di toko online. Saya lihat di internet, jenis dan ukuran dildo bervariasi.
Kalau ditanya nyaman pakai yang mana, ya tergantung keinginan mau pakai yang mana. Kalau disuruh memilih ya jelas ingin yang asli, punya suami,” selorohnya sambil tertawa.
Dewi mengatakan, risiko istri yang ditinggal suami bekerja jauh adalah tak terpuaskan dalam hal kebutuhan biologis.
Dirinya menyarankan, kepada para perempuan bersuami yang tak kuat menahan nafsu, untuk memilih menggunakan alat bantu hubungan badan.
Paling tidak ini sangat membantu dan mencegah terjerumus ke perselingkuhan.
“Daripada selingkuh dan rumah tangga hancur, kan kasihan anak-anak. Mendingan pakai alat itu. Paling tidak hasrat bisa terpuaskan sambil menunggu suami pulang,” ucap Dewi.