Kebijakan impor beras hanya menguntungkan elit di negeri ini karena tujuannya mendapatkan keuntungan untuk digunakan kegiatan politik.
Demikian dikatakan aktivis 77/78 S Indro Tjahjono dalam pernyataan kepada suaranasional, Senin (15/1).
“Keuntungan sangat besar dan fantastik. Harga beras di Vietnam Rp 4600/kg. Kalau beras cuci gudang di Vietnam harganya Rp 2100/kg. Beras ini sudah lebih 2 tahun ada di gudang. Sedangkan dibeli prangko di tempat Rp 6800/kg. Jadi keuntungan perkg adalah Rp 4700,” ungkapnya.
Kata Indro, Masyarakat menderita insomnia (gampang lupa) dan nggak pedulian (permisif dan apatis). “Jadi kalau impor tidak banyak yang protes, karena kalau ada isu baru isu lama cepat dilupakan,” jelas Indro.
Selain itu, ia mengatakan, ada media/jurnalis dan ilmuwan yang bisa dibayar untuk menjustifikasi kebijakan impor. Sudah jelas mau ada panen raya, malah dikatakan oleh ilmuwan bayaran gagal panen karena hama.
“Pers pun ramai-ramau bilang harga beras naik dan gagal panen. Harga beras itu sudah equilibrium, masyarakat tidak kemaruk nasi. Dan bisa mengendalikan konsumsi,” jelas Indro.
Beras bisa distok kalau kelebihan. Dan distok akan diatur, agar harga naik terus dan bandar beras untuk, sehingga bandar beras bisa terus beri dana politik.
Jika sudah begini memang harus disingkirkan pejabat dan bandar beras impor dengan segala muslihat menipu dan memperdaya masyarakat.
“Beberapa daerah sudah menolak impor beras, jika masih ngotot untuk mengimporm tiada kata lain selain kata Lawan. Tolak import Beras,” pungkasnya.