Kepala Divisi Humas Polda Bali, Kombes Pol Hengky Widjaja menyatakan pihaknya sama sekali tidak mendesain pakaian tersebut khusus untuk simulasi. Pakaian tersebut merupakan pakaian duplikat dari pakaian yang pernah disita Polda Bali yang digunakan salah satu warga di Denpasar.
Hengky menjelaskan, dalam simulasi tersebut ditunjukkan bahwa teroris untuk mencapai tujuannya menggunakan dan menghalalkan segala cara. Salah satunya menggunakan atribut institusi lain atau penyamaran.
“Namun, di bawah tulisan arab majelis ta’lim tersebut ada tulisan Al Baghdadi sebagai ciri dia adalah pro dengan teroris ISIS,” kata Hengky dikutip dari Republika Online
Polda Bali, sebut Hengky, berharap masyarakat bisa mengerti dan memahami hal tersebut. Ia juga berharap tidak terjadi lagi kesalahpahaman di tengah masyarakat.
Kapolda Bali, Irjen Pol Petrus Reinhard Golose sebelumnya mengatakan simulasi ini digelar untuk melatih kesiapsiagaan petugas kepolisian dan pihak terkait dalam menangani aksi terorisme saat dan setelah kejadian. Simulasi ini diperkirakan terjadi saat pejabat negara setingkat menteri tiba di Bali untuk sebuah pertemuan bisnis.
Sekelompok orang yang menyamar sebagai awak media dan petugas penjemput tiba-tiba menyandera pejabat tersebut ke dalam gedung terminal bandara. Satuan petugas kepolisian didukung tim antiteror Polda Bali sampai di lokasi menangani aksi tersebut.
“Latihan ini sebagai upaya kami memerangi terorisme,” kata Golose.