Ahoker Ini Nilai Kesenian Mati di Era Anies-Sandi

Slamet Rahardjo (IST)

Pendukung Ahok (Ahoker) yang juga seorang seniman Slamet Rahardjo menilai kepemimpinan Anies-Sandi membuat kesenian di Jakarta mati.

“Ketiga orang itu membuktikan dari mulai Pak Jokowi, lalu Pak Ahok, dan kemudian diteruskan oleh Pak Djarot membuktikan bahwa bila memang jika segala sesuatu sudah macet, maka jalan satu-satunya adalah jalan kebudayaan,” kata Slamet, Ahad (15/10).

Tak hanya itu, melalui ketiga pemimpin Jakarta yang bertugas selama bergantian ini, kebudayaan Jakarta sedikit demi sedikit dinilai mulai ‘hidup’.

“Kita perlu kantung budaya untuk mengolah bakat masyarakatnya. Di Jakarta ada sekolah kesenian, misalnya IKJ. Lalu Taman Ismail Marzuki sebagai the suprime kebudayaan. Kita jangan lupakan juga gedung kesenian, wayang orang bharata. Andai tidak dipelihara oleh mereka, maka Jakarta akan kekurangan tempat berkesenian,” singgungnya.

Di sisi lain, Slamet yang mengenakan kemeja hitam dan tas punggung ini berharap pemerintahan era Gubernur Anies Baswedan dan Sandiaga Uno bisa berjalan dengan mementingkan masyarakat umum dibandingkan dengan berpolitik.

“Saya kira harapannya untuk gubernur nanti jadilah negarawan, jangan jadi politisi,” tutupnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News

1 komentar

  1. Gua heran om Slamet, kok bisa omong seperti itu, apa sih yg sudah dilakukan oleh ketiga orang itu, apalagi Pak Djarot untu IKJ, TIM apalgi Wayang Orang, Sriwedari di Solo aja terpaksa tutup justru di jaman pak Jokowi. Saya kira om Slamet kelamaan ngepos di Metro, jadi udah tumpul panggraitonya. Apa juga yg udah dilakukan kakak Farizt RM sbg kepala badan industri kreatif, mungkin kerja keras tapi gaungnya nggak ada, nggak terasa. Misal soal film aja, apa sih udah dilakukan oleh negara slama ini, jangan2 dentar lagi pajak hiburan termasuk film malah terpaksa hrs dinaikan untuk nambal apbn, apbd. Udahlah Om gua saranin kembali ke habitat Om Slamet, ke padepokan bikin film, theater toh dgn begitu jg nggak perlu jadi oposisi kan. Gitu om

Komentar ditutup.