Kudus-Stasiun Kudus yang diresmikan 15 Maret 1884 menjadi saksi kecanggihan transportasi yang bisa mengejar laju kemajuan di Eropa kala itu, Kereta Api juga di identifikasi sebagai kendaraan pengangkut barang dan manusia tercepat di jalur darat.
Kini, Stasiun Kudus yang berada di Wergu Wetan itu sepi tanpa antrian panjang orang mengantri loket, tanpa lolongan bel Kereta Api yang menjadi saksi bisu kemajuan Kota Kudus sebagai kota industri yang kini semakin melekat pada Kabupaten Kudus.
Hal tersebut yang menggugah komunitas Jenank(Jaringan Napak Tilas Edukasi Kabupaten Kudus) dan anak-anak Omah Dongeng Marwah Kudus untuk selalu menguri-uri Stasiun Kudus yang menyimpan banyak sejarah di dalamnya untuk selalu di manfaatkan sebaiknya.
Komunitas Jenank yang ber-anggotakan dari berbagai elemen dari, anak-anak, remaja, pemuda bahkan orang tua itu akan mengadakan kegiatan upacara detik-detik proklamasi di Stasiun Kudus pada tanggal 17 Agustus mendatang. Upacara yang bertajuk Gelora Perjuangan Dalam Semangat Kemerdekaan itu akan dimulai pada Pukul 09:00 WIB.
“Rencana upacara mengambil tempat di Stasiun Kudus adalah upaya mengenalkan generasi muda tentang tempat-tempat yang bernilai sejarah, utamanya di Kudus,” terang Edy Supratno
Edy Supratno, Sejarawan Kota Kretek itu mengatakan, “Dalam konteks sejarah, Stasiun Kudus memiliki nilai plus. Pertama terkait sejarah kemajuan zaman, yg kedua terkait sejarah perjuangan kemerdekaan,”katanya.
Stasiun Kudus juga butuh perhatian dan dukungan dari berbagai pihak untuk tetap menjadi bangunan yang utuh. Untuk itu, kegiatan yang dilakukan oleh Jenank dan Omah Dongeng Marwah sangat baik sekali. Lebihnya, kegiatan itu dapat mengilhami berbagai kalangan untuk merawat dan mebudayakan bangunan-bangunan bersejarah sebagai edukasi yang tak akan punah.”
Lanjut Pak Edy, sapaan akrab Sejarawan dan Dosen STIBI Syekh Jangkung tersebut, “Stasiun Pernah menjadi kekejaman Belanda, saat agresi Belanda I, yang mengakibatkan 200 lebih peluru dari pesawat tempur Belanda menghujam tubuh Stasiun pada 21 Juli 1947, bekas peluru sampai saat ini masih bisa dilihat dan terpampang dengan jelas di kaca dan atap Stasiun yang berlubang,” tuturnya.
Dalam berbagai kesempatan, seringkali Stasiun Kudus sering di jadikan tempat diskusi, halnya Komunitas Jenank dan anak-anak Omah Dongeng Marwah. Seperti pada 21 Juli 2017 lalu, mereka memperingati 70 tahun agresi penembakan stasiun yang di hadiri oleh komunitas Jenank, Omah Dongeng Marwah, mahasiswa, Jurnalis Kudus dan yang lebih menarik ialah kedatangan mahasiswa dari STIBI Syekh Jangkung Pati, yang datang dari jauh-jauh juga ingin mengulik sejarah yang ada di Stasiun Kudus.
“Jadi, kalau ada rumor yang beredar di masyarakat tentang perombakan Stasiun Kudus bakal diganti dengan bangunan modern. Jika hal itu benar maka sangat disayangkan, mengingat fakta sejarah mengenai Stasiun Kudus begitu berharga,” ujar Udin, Presma(presiden Mahasiswa) STIBI Syekh Jangkung yang hadir pada saat bergulirnya diskusi di Stasiun Kudus.