Hidup sangat sederhana bahkan bisa dibilang kekurangan tak menghalangi seseorang meraih prestasi di bidang akademik. Itulah yang diraih Rohmaida Lestari.
Perempuan asal Bantul itu menjadi lulusan terbaik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan Indek Prestasi Kumulatif (IPK) 3,99.
Ia diwisuda dan didaulat memberi sambutan di hadapan para wisudawan, orang tua, guru besar dan dosen di Sportarium UMY, Sabtu (27/7).
Bapaknya Rohmaida berprofesi tukang becak dan ibunya membantu di rumah makan.
Rohmaida yang mengambil Fakultas ekonomi dan Bisnis (FEB) program studi (prodi) Akuntansi 2013 mengatakan, untuk belajar di UMY tidak membebankan pada orang tua tetapi mendapatkan beasiswa dan bekerja.
Sedang ibu Rohmaida, Jinem, menceritakan anaknya memang sosok pantang menyerah. Sekalipun dalam kondisi yang sangat kekurangan, Rohmaida tetap bertekad mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang sarjana. Padahal saat Rohmaida masih menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) saja, orang tuanya sudah mengalami kesulitan untuk membiayai pendidikannya.
“Dia (Rohmaida) anak yang berbakti kepada orang tua. Keras kepala juga. Apa yang dia mau harus dia dapatkan. Tapi dia juga tetap berusaha sendiri untuk mewujudkan kemauan dan keinginannya. Saya sempat stres, saat dia bilang ingin lanjut kuliah. Ya bagaimana tidak, saat dia SMK saja kami sudah kesulitan biaya. Saya sempat bilang ke bapaknya apa kita perlu jual rumah. Tapi dia (Rohmaida) bilang nggak usah. Dia mau kerja sambil mencari informasi pendidikan,” ungkap Jinem dikutip dari suara muhammadiyah.
Setelah SMK Rohmaida memang tak bisa langsung melanjutkan ke tingkat perkuliahan. Ia justru bekerja di sebuah industri rumah tangga yang memproduksi makanan kecil, bahkan pernah menjadi seorang pramuniaga.
“Selesai SMK saya tidak bida langsung kuliah. Saya bekerja di industri rumahan yang memproduksi sale pisang. Saya juga pernah menjaga salah satu toko di pusat perbelanjaan. Kalau ada waktu luang seperti waktu istirahat, saya manfaatkan untuk mencari informasi tentang bantuan beasiswa pendidikan,” ungkap Rohmaida.
Menjalani jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi penduduk Dusun Biro, Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Yogyakarta memang masih menjadi hal yang sulit untuk diwujudkan. Apalagi jika melihat kondisi keuangan keluarga seperti dialami Rohmaida. Terlebih lagi, pola pikir masyarakat yang masih belum terbuka pada pendidikan tinggi, menjadikan impian untuk melanjutkan studi adalah hal yang mustahil.
“Saya dibesarkan dalam lingkungan yang memiliki pola pikir bahwa kuliah hanyalah kesempatan yang diberikan kepada mereka yang memiliki kelebihan dalam hal materi. Dalam lingkungan tempat tinggal yang dapat dikatakan terpencil tersebut pendidikan tinggi menjadi hal yang jarang dimiliki oleh penduduk setempat. Akan tetapi secara pribadi, saya tidak setuju dengan paradigma bahwa pendidikan tinggi hanya milik yang kaya. Karenanya saya berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan beasiswa agar dapat melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi,” ungkap Rohmaida lagi.
Kegigihan Rohmaida selama 3,5 bulan dalam mencari program beasiswa pun membuahkan hasil. Program Bidikmisi yang disediakan oleh UMY untuk calon mahasiswa yang kurang mampu secara finansial, menjadi peluang baginya untuk mewujudkan cita-citanya. Namun, halangan dan rintangan tak berhenti di situ saja. Rohmaida sempat bimbang apakah ia akan mengambil tawaran beasiswa tersebut ataukah tidak.
“Saat itu saya bimbang, apakah saya harus mengambil Bidikmisi di UMY atau tidak. Karena latar belakang pendidikan saya di SMK adalah teknik informatika, dan itu belum tersedia di UMY. Namun Akhirnya saya memantapkan hati untuk memilih UMY. Saya mengambil program studi Akuntansi. Selain karena saya pikir saya mampu untuk mempelajarinya, saya juga memang suka berhitung,” ujar Rohmaida.
Kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi tersebut tidak disia-siakan oleh Rohmaida. Ia berusaha keras untuk mendapatkan prestasi terbaik meskipun kuliah yang dijalani Rohmaida harus dilakukannya sambil bekerja. Namun demikian, Rohmaida terbukti mampu meraih prestasi yang ia impikan. IPK 3.99 yang diraih Rohmaida menjadikannya sebagai salah satu lulusan terbaik.
Dalam sambutan yang ia berikan, Rohmaida dengan semangat menyampaikan pada wisudawan/wisudawti UMY kala itu, bahwa setelah wisuda ia dan teman-teman mahasiswa lainnya akan memasuki dunia yang berbeda. Akan ada banyak persaingan yang nyata di sana baik persaingan untuk mendapatkan pekerjaan ataupun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun di balik itu semua ada persaingan yang lebih penting yaitu persaingan untuk menerapkan dan mengamalkan ilmu yang sudah mereka dapatkan, demi menjadi orang yang bermanfaat bagi orang maupun lingkungan di sekitarnya.
Perjuangan Rohmaida untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sebenarnya juga menjadi perjuangannya untuk mengubah pola pikir masyarakat tempat ia tinggal. Rohmaida berpendapat bahwa orang-orang yang berada di sekitar kita merupakan prioritas untuk menjadi target penerapan dari ilmu yang sudah didapat.
“Dari ilmu yang saya dapatkan saya paham bahwa pendidikan merupakan hal yang penting. Proses yang kita jalani untuk mendapatkan pendidikan tersebut pun penting. Ini yang berusaha saya sebarkan ke orang di sekeliling saya. Saat ini sudah beberapa dari teman-teman di dusun saya tinggal yang kemudian turut memahami pentingnya pendidikan.
Tak hanya itu, cita-cita Rohmaida untuk bisa bekerja di sektor publik juga tercapai. Ia berkeinginan agar bisa membantu orang-orang yang lebih kurang beruntung darinya.
“Sejak 1 Februari lalu saya bekerja di Dinas Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Pemda Bantul. Saya dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat yang kurang beruntung dan harapannya saya dapat membantu mereka. Karena ternyata masih ada orang-orang yang bahkan lebih kurang beruntung dari saya,” ungkapnya lagi.