Terduga teroris di Kampung Melayu yang menyertakan KTP orang hidup Wiryawan menandakan peristiwa ini ada sesuatu yang disembunyikan.
“Kalau dilihat informasi awal, pelaku bom Kampung Melayu yang meninggal menyertakan KTP, ternyata masih hidup dan aktif di ormas Gerakan Reformis Islam (Garis) yang selama ini menyuarakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar,” kata pengamat politik, Ahmad Baidhowi kepada suaranasional, Jumat (26/5).
Menurut Baidhowi, keterangan itu terbantah, pemilik KTP, Wiryawan bukan pelaku teror bom di Kampung Melayu. “Ada dugaan, KTP milik Wiryawan ini sengaja dipakai untuk seseorang yang sudah didoktrin untuk melakukan bom bunuh diri,” jelas Baidhowi.
Kata Baidhowi, orang yang sudah didoktrin oleh intelijen hitam akan disertakan KTP milik orang-orang yang diduga terlibat teroris. “Orang-orang yang diduga teroris masuk pengawasan polisi dan bisa jadi KTP nya diambil,” ungkap Baidhowi.
Baidhowi mengatakan, pelaku teror hanya menjadi korban kepentingan politik sesaat dengan memanfaatkan doktrinisasi agama. “Teror model kampung Melayu ini akan terus berjalan, karena ada kepentingan yang bermain,” papar Baidhowi.
Ia mencurigai, teroris ini sengaja dipelihara kepentingan uang untuk kelompoknya sendiri. “Kalau di AS itu ada industri militer dan sengaja diciptakan perang agar senjatanya laku. Mungkin begitu pola terorsi di Indonesia,” pungkasnya.
Ditemukan KTP atas nama Wiryawan di mayat korban pelaku bom bunuh diri di Halte Bus TransJakarta Kampung Melayu.
Namun, Wiryawan bukan pelaku bom bunuh diri tetapi KTP-nya dimanfaatkan teroris ketika kartu identitasnya itu hilang beberapa bulan yang lalu.
KTP yang dimilikinya hilang sekitar delapan bulan yang lalu di Bogor. Pada saat itu, ia bersama temannya mengalami kecelakaan di daerah Cimande.
Pada saat itu, ia dan temannya menitipkan sepeda motor ke sebuah pabrik dan meninggalkan identitas KTP. Namun ketika mengambil sepeda motor ia lupa mengambil dokumen tersebut.