Pasca Pilkada DKI, Pertarungan Jokowi-JK Makin Keras

Jokowi-JK (IST)
Jokowi-JK (IST)

Pasca Pilkada DKI Jakarta terjadi pertarungan keras antara Jokowi dan Jusuf Kalla (JK) terlebih lagi setelah adanya pernyataan dari mantan Wali Kota Solo itu adanya reshuffle kabinet.

“Bila ingin menghukum JK, maka Jokowi bisa mengganti The JK boys di kabinet. Tapi ini bukan soal mudah. Dalam dua kali reshufle, tarik menarik kepentingan Jokowi-JK sangat keras,” kata konsultan politik dan media Hersubeno Arief dalam pernyataan kepada suaranasional, Kamis (27/4).

Kata Hersubeno, eta menjadi tambah seru dan menarik ketika Ketua Dewan Pembina Golkar Aburizal Bakrie bergabung dalam kubu ini. Aburizal bersama Prabowo dan mantan Presiden PKS Anis Matta adalah tulang punggung Koalisi Merah Putih.

“Namun setelah Golkar pecah atau tepatnya dipecah dan kemudian berhasil diakuisisi oleh Jokowi dengan menempatkan Setya Novanto sebagai ketua umum, secara halus Ical –panggilan akrabnya– perlahan-lahan disingkirkan. Saat Golkar menyatakan dukungan kepada Ahok, Ical menyuarakan ketidaksetujuannya,” papar Hersubeno.

Ia mengatakan, harga yang harus dibayar oleh Ical mendukung pasangan Anies-Sandi sangat mahal. Kabarnya proyek migas keluarga Bakrie bernilai miliaran dolar dibatalkan pemerintah, gara-gara pilihan politiknya. Yang paling kentara adalah menghilangnya acara talkshow Indonesia Lawyer Club (ILC) di TV One,” ungkap Hersubeno.

“ILC yang diasuh Karni Ilyas adalah acara talkshow yang sangat populer, dengan jumlah penonton terbanyak. ILC selalu merajai rating dan share program sejenis. Dengan durasi terpanjang ILC juga menghasilkan iklan sangat besar,” jelas Hersubeno.

Ia menuturkan, soal berhadapan dengan rezim penguasa bukan hal yang baru bagi Ical. Semasa Orde Baru dan posisi Presiden Soeharto masih sangat kuat, dia berani melawan. Pada tahun 1994 berlangsung kongres Kadin Indonesia. Pada saat itu Soeharto menginginkan posisi ketua umum dijabat Probosoetedjo, adik tirinya.

Pada masa itu keinginan Soeharto adalah sebuah titah yang harus terlaksana. Tapi Ical melawan dan posisi Ketum Kadin Indonesia berhasil direbutnya.

“Sebagai petarung, fighter berpengalaman, Ical punya nyali yang luar biasa. Soeharto saja dia lawan, apalagi yang lain,” jelasnya.

Dukungan Ical terhadap Anies-Sandi menjadi benderang ketika 15 orang mantan ketum HIPMI mendeklarasikan dukungan kepada Sandi (4/4) di Senayan Golf Club, Jakarta. Selain Ical, tercatat ada Abdul Latief, Ketua Umum HIPMI pertama dan Sutrisno Bachir.

“Nama terakhir Sutrisno Bachir (SB) juga cukup menarik. Dia adalah Ketua MPP PAN dan jabatannya di pemerintahan Jokowi sebagai Ketua Komisi Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN). Pada Pilpres lalu SB berada di kubu yang berseberangan dengan Ical dan Prabowo. SB menjadi tim sukses Jokowi,” jelas Hersubeno.

Karena Ahok, kata Hersubeno, SB kemudian bersimpang jalan. Ibarat orang yang tengah salat berjamaah, SB mufaraqah alias memisahkan diri dan tidak lagi bermakmum kepada Jokowi.

“Peta perkubuan dalam politik Indonesia memang sangat dinamis. Hari ini menjadi kawan, besok bisa menjadi lawan. Tergantung kepentingan,” pungkasnya.

Baca juga:  Terkait Isu Pelanggaran HAM, PPJNA 98: Prabowo Korban dari Rezim