Luhut Binsar Panjaitan yang ditunjuk Joko Widodo (Jokowi) sebagai Ketua Tim Sidang Tahunan IMF-Bank menunjukkan mantan Wali Kota Solo itu kecewa terhadap tim ekonomi.
Demikian dikatakan Direktur Program Centre for Economic and Democracy Studies (CEDeS) Edy Mulyadi kepada suaranasional, Senin (6/3).
Menurut Edy, Presiden Jokowi sangat kecewa terhadap tim ekonomi yang telanjur dijanjikan meroket sejak September tahun lalu tidak kunjung mewujud.
“Pembangunan infrastruktur untuk memperbaiki kualitas konektivitas yang diharapkan, meleset,” ungkapnya.
Tahun lalu, ekonomi kita hanya tumbuh 5,02%, lebih rendah dibandingkan 5,56% pada 2013. Bahkan, saking pas-pasannya kinerja mereka, target ekonomi yang dipatok tahun ini pun hanya 5,1%. Baru setelah dalam sidang kabinet Presiden ‘marah’, buru-buru target didongkrak jadi 5,7%.
Ia mengatakan, bisik-bisik di kalangan Istana sudah merebak sejak beberapa bulan silam Jokowi kecewa berat dengan duet Darmin dan Sri. Paket-paket ekonomi berseri yang diluncurkan Darmin, berhenti di atas kertas. Kalau ‘akan’ sukses, hal itu baru bisa dinikmati dalam jangka panjang.
“Dari beragam konten paket ekonomi yang diluncurkan, program revaluasi aset dinilai berhasil mengatrol aset BUMN naik Rp800 triliun lebih,” jelasnya.
Ia mengatakan, pajak yang diterima negara dari program ini sekitar Rp32 triliun. Tapi untuk soal ini, Rizal Ramli yang saat itu jadi Menko Maritim adalah sosok penggagasnya. Bukan Darmin.
Ibarat konsumen, Presiden selama ini menjadi korban iklan. Di media mainstream, keduanya –khususnya Sri– disanjung-sanjung sebagai ekonom jempolan.
“Itulah sebabnya, sebagai orang korban iklan, Jokowi berharap banyak kepada keduanya untuk membenahi sengkarut perekonomian negeri,” pungkasnya.