Permintaan aparat kepolisian untuk mengawasi pria yang membeli panci banyak untuk antisipasi terorisme sangat konyol.
“Permintaan polisi untuk awasi pria yang membeli panci banyak, maupun ricecooker banyak karena bisa dimanfaatkan tindakan teror sangat lucu,” kata pengamat politik Muhammad Huda kepada suaranasional, Rabu (1/3).
Kata Huda, pernyataan aparat kepolisian itu menunjukkan makin tidak jelasnya teroris di Indonesia. “Tiba-tiba ada teroris menyerang dan ditembak, dan kemunculan teroris memunculkan banyak pertanyaan,” papar Huda.
Menurut Huda, harusnya polisi melakukan pendidikan yang benar kepada masyarakat terhadap aksi terorisme.
“Masalah utama teroris itu ketidakadilan dan kemiskinan. Dan kalaupun masalah ideologi hanya sedikit. Kalau masalah ideologi, teroris di Indonesia tidak menyerang Ahok yang sudah nyata penista agama,” ungkap Huda.
Polisi meminta masyarakat untuk mewaspadai jika ada pria yang berbelanja panci atau rice cooker dalam jumlah yang banyak.
“Jadi kalau ada laki-laki beli panci atau rice cooker banyak-banyak, patut dicurigai. Coba ditanyakan pedagang atau bukan,” Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (28/2/2017).
Hal itu dilakukan setelah polisi menyita sejumlah barang dari rumah kontrakan Yayat, yang diduga sisa dari perakitan bom panci.
“Ada panci cadangan 2, rice cooker 1, alat kabel, solder, gunting listrik dan gulungan kabel dan sebagainya tampaknya bagian dari sisa-sisa,” jelas Boy.