Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bukan hanya cuma berkepribadian ganda, namun multi kepribadian. Seseorang yang multi kepribadian ini akan mampu mengolah kata-kata secara heroik untuk membohongi publik dari fakta kebenaran demi kepentingan politik pribadi dalam mengejar dan memburu kekuasaan.
Demikian dikatakan mantan relawan Jokowi, Ferdinand Hutahean kepada intelijen, Senin (16/1).
Kata Ferdinand, multi kepribadian Ahok bila dilihat pernyataannya pada saat debat pertama Pilkada DKI menanggapi penggusuran yang dilakukan oleh Pemda.
Dengan gagah, Ahok menyatakan bahwa penggusuran itu dilakukan untuk memindahkan warga dari pemukiman kumuh ke tempat yang lebih baik dan manusiawi.
“Pertanyaannya, mengapa Ahok memaksa warga itu pindah dengan cara tidak manusiawi? Bukan menurut Ahok tujuannya untuk tujuan manusiawi?” tanya Ferdinand.
Kata Ferdinand, sesuatu yang sangat tidak mungkin memanusiakan manusia dengan cara tidak manusiawi. Dan yang dilakukan Ahok itu sama dengan cerita meme diatas seekor ular menyelamatkan ikan yang tenggelam. Retorika yang menipu logika warga.
Multi kepribadian mantan Bupati Belitung Timur itu, kata Ferdinand bisa dilihat pernyataan bahwa yang digusur hanyalah pemukiman kumuh yang di bantaran kali.
“Saya tidak tahu apakah Ahok benar-benar lupa atau hanya pura-pura lupa tentang lokasi-lokasi yang digusurnya. Ketidak tahuan saya tersebut akhirnya bisa menerima karena memang seseorang yang multi kepribadian mampu berbohong dengan raut wajah merasa benar.
Tahun lalu pernah beredar daftar wilayah yang masuk rencana penggusuran Ahok, ratusan wilayah dan bukan hanya bantaran kali. Rakyat Jakarta harus mengetahui ini dan harus menolak pemimpin yang tukang gusur. Alasan memanusiakan manusia itu adalah sebuah kebohongan karena dilakukan dengan cara yang tidak manusiawi.
Menurut Ferdinand, menata kota tidak harus dengan menggusur, karena kota ini adalah untuk tempat manusia hidup, bukan untuk tempat beton-beton dibangun dan mengusir manusia terutama kelompok marginal.
“Ahok sepertinya lebih mementingkan membangun beton demi kota daripada membangun manusia dengan cara manusiawi,” jelas Ferdinand.
Kata Ferdinand, multi kepribadian juga bisa kita lihat ketika seseorang yang sehari-harinya bertutur kata kasar, kotor dan tidak patut serta gemar bermusuhan dengan orang lain, tapi tiba-tiba demi kepentingan mengejar kekuasaan mampu mempertontonkan sikap seperti seorang yang santun dan ramah.