Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengundang lagi pegiat media sosial (medsos) menandakan mantan Wali Kota Solo itu memelihara “teroris medsos” untuk pencitraan dan menyerang pihak lawan politik di dunia maya. Undangan itu bisa diartikan meminta dukungan untuk memenangkan Ahok di Pilkada DKI 2017.
Demikian dikatakan pengamat politik Muslim Arbi kepada suaranasional, Senin (3/10). “Kalau saya lihat akun Facebook orang-orang yang diundang Istana kebanyakan pendukung Jokowi dan Ahok,” ungkap Muslim.
Kata Muslim, cara yang dilakukan Jokowi dengan mengundang pegiat media sosial ini justru memunculkan iklim tidak sehat dalam demokrasi. “Demi menjaga pencitraan, maka pegiat media sosial diundang akan memberitakan gaya pencitraan Jokowi. Ini sama saja pembodohan secara massal terhadap rakyat,” jelas Muslim.
Menurut Muslim, pegiat media sosial itu punya tugas untuk membalikkan fakta sebenarnya seperti kasus penggusuran di Bukit Duri.
“Jokowi pernah berjanji tidak ingin melakukan penggusuran di Bukit Duri tetapi kenyataannya Presiden diam saja, dan janji Presiden itu tersebar dan ini membuat Jokowi resah dan butuh bantuan dari pegiat media sosial untuk mengkounter berita-berita seperti itu,” papar Muslim.
Muslim mengatakan, pegiat media sosial itu juga biasanya membuat akun kloningan untuk menyerang lawan politik penguasa. “Akun-akun yang diindikasi pendukung Jokowi menyerang membabi buta di medsos maupun kolom-kolom artikel di media online,” pungkas Muslim.