Para pendukung Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disebut Ahoker tempat berkumpulnya orang-orang bodoh dan konyol.
“Lama-lama grupies ahok jd tempat kumpulnya org2 konyol & bodoh, masa sih yg dipersoalkan bijinya Sandi, fotonya Rachel & perutnya Aher? #tragis,” kata mantan aktivis PRD Jacobus E Kurniawan di akun Twitter-nya @matahatikoe.
Sebelumnya Mantan Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letjen (Purn) Suryo Prabowo mengkritik Ahoker. Prabowo menyebut Ahoker pribumi seperti sampah. “Semoga mereka tidak jadi pribumi sampah seperti Ahoker,” kata Prabowo di akun Facebook-nya.
Prabowo mengutarakan seperti itu saat bertemu anak-anak di Pulau Gili Ree Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Prabowo menyebut anak-anak yang bermukim di Pulau Gili Ree, NTB itu sebagai patriot cilik. “Refreshing sebentar main bersama Patriot Cilik yang bermukim di Pulau Gili Ree,” ungkapnya.
Ia pun mengatakan, ketika ketidakadilan jadi hukum maka perlawanan menjadi tugas.
Kelakukan Ahoker pun mendapat perhatian dari Direktur Program Centre for Economic and Democracy Studies (CEDeS) Edy Mulyadi.
Edy menyebut kelakukan Ahoker seperti teroris karena melakukan teror terhadap lawan politik khususnya di dunia maya.
“Inilah yang menyebabkan saya memilih menggunakan frase Teroris Media Sosial bagi para Ahoker ketimbang buzzer.
Menurut saya, ada perbedaan mendasar antara Teroris Media Sosial dan buzzer,” ungkap Edy.
Edy mengatakan, materi bantaian yang dilakukan Ahokers bisanya menyangkut fisik korban yang dianggap lemah dan atau buruk.
“Contohnya, ketika Ratna Sarumpaet menyatakan siap ‘pasang badan’ untuk mengusung Rizal Ramli sebagai Cagub DKI, maka para Teroris Sosmed tadi sibuk membantai Ratna pada kalimat “pasang badan” dengan bermacam celotehan yang sama sekali tidak layak dikutip di sini,” papar Edy.