Kemenangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Pilkada DKI Jakarta menjadi jalan mulus China menguasai Indonesia.
Demikian dikatakan mantan anggota DPR Djoko Edhi dalam pernyataan kepada suaranasional, Selasa (23/8). “Pribumi mungkin akan kalah. Tapi kekalahan dari pertarungan yang tulus, jauh lebih berbahaya,” kata Djoko.
Kata Djoko Edhi, Ahok memang didukung oleh dana besar, penguasa, politik OBOR (on belt on road one Cina), nine swords, polisi, tentara dan preman. Juga lembaga anti rasuah, dan KPU. Sistem dalam ruang yang silent.
“Tapi hendaknya jaringan intifada harus menyiapkan tumbal wilayuda ke pertarungan selanjutnya. Sebab, pertarungan DKI 1 memang bukan sekadar perebutan jabatan gubernur. DKI adalah etalase politik nasional,” ungkap Djoko Edhi.
Djoko Edhi mengatakan, jika Ahok mampu menembus etalase ini (sebelumnya jabatan tersebut bukan melalui Pilkada), maka sistem nasional pun sudah terbuka bagi China peranakan.
“Dari situ akan muncul sentimen pribumi lebih kuat. Saya yakin akan bermuara kepada gerakan nasionalisme yang lebih luas,” ungkap Djoko Edhi.
Kata mantan politikus PAN ini NKRI adalah negara yang dimerdekakan oleh pribumi, sebagai tuan rumah. Namun faktanya ekonomi nasional kini 80% dikuasai China. Lebih rendah daripada saat Orde Baru yang 82%. Tapi ketika itu China tak boleh memasuki politik. Kini, boleh, ekonomi dan politik.
“Akan sulit bagi pribumi mempertahankan tanah airnya ketika Ahok tak mampu dikalahkan, berikut di pilpres mendatang. Ini adalah test pertama Hoaqiau mencoba menjadi penguasa politik indonesia, setelah menjadi penguasa ekonomi indonesia,” pungkas Djoko Edhi.