Kegaduhan masalah Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menandakan tidak adanya ketegasan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Sudirman Said menjadi menteri ESDM pertama kabinet Jokowi yang kemudian gaduh tak henti dengan Rizal Ramli sang Menko Maritim. Semua ribut entah berebut apa dan untuk siapa. Freeport, Masela, Listrik dan Subsidi BBM menjadi topik utama kegaduhan masa Sudirman Said,” kata mantan relawan Jokowi, Ferdinand Hutahean dalam pernyataan kepada suaranasional, Senin (22/8).
Kata Ferdinand, Archandra Tahar sang menteri ESDM kedua Jokowi kemudian memunculkan gaduh republik atas statusnya yang telah menjadi Warga Negara Amerika sejak 2012.
“Bahkan beberapa menteri dan elit bangsa rela berbohong demi menutupi sebuah kesalahan yang mestinya tidak boleh terjadi pada sebuah bangsa,” ungkap Ferdinand.
Ferdinand mengatakan, Kegaduhanpun terus terjadi dengan pernyataan-pernyataan kontroversial seperti keinginan mendudukkan Archandra Tahar kembali menjadi menteri ESDM dan kegaduhan tentang izin rekomendasi ekspor konsentrat Freeport yang dikeluarkan tanggal 9 Agustus 2016 tapi disebut dikeluarkan era Sudirman Said.
“Sampai kapan kegaduhan ini akan terjadi? Apakah rebutan rampasan disektor ini akan terus menjadikan bangsa ini bangsa yang tertinggal jauh dari penyediaan energi masa depan? Sepertinya rezim ini begitu terlena dengan kekuasaan sesaat ditangannya,” jelas Ferdinand.
Menurut Ferdinand, Presiden terus berbulan madu dengan hak prerogratifnya hingga sibuk gonta ganti kabinet yang sejujurnya itu menandaskan sebuah kegagalan memilih orang yang tepat.
“Berapa kali lagi presiden akan terus mengulang resufle tak produktifnya? Resufle yang terjadi hanya karena faktor suka tidak suka dan sedikit sekali pertimbangan kinerjanya. Karena presiden justru mempertahankan menteri yang gagal dikabinetnya,” jelas Ferdinand.
Menurut Ferdinand, 10 tahun kedepan kita akan memasuki sebuah era sangat darurat energi. Inilah mestinya titik pangkal bagi presiden untuk memilih Menteri ESDM baru.
“Artinya bangsa ini butuh Menteri yang punya visi dan misi menyediakan energi ke masa depan bukan menteri yang hanya bisa bagi-bagi ijin disektor ESDM. Menteri baru harus punya visi kuat bagaimana memamfaatkan cadangan yang ada untuk membangun dan menyediakan energi ke masa depan,” papar Ferdinand.
Ia berharap Presiden Jokowi segera menetapkan menteri ESDM baru tanpa harus berpikir menteri esdm harus ahli minyak atau ahli gas.
“Tetapi menteri yang visioner, futuristik, berkarakter kuat dan memiliki nasionalisme tinggi serta keberpihakan kepada Indonesia,” pungkasnya.