Dedengkot Jaringan Islam Liberal Luthfi Assyaukanie menilai kejadian di Tanjungbalai menjadi bukti Islam bukan agama Rahmatan Lil ‘alamin.
“Dulu saya pikir agama saya yang rahmatan lil alamin, tapi rupanya agama ibu ini. Saya tertipu selama ini,” kata Luthfi di akun Twitter @idetopia.
Luthfi mengatakan, penganut agama Islam selalu ingin marah. “Salah satu ciri khas pemeluk agama yg saya anut ini gak ngerti satir. Bawaannya ngamuk melulu. Pantes teroris tumbuh subur,” ungkap Luthfi.
BACA JUGA:
- Warga Keturunan Tionghoa Larang Azan, Warga Bakar Klenteng dan Vihara di Tangungbalai
- Pendeta Kristen Tuding Mantan Ketua DPR Mau Buat Kegaduhan Keagamaan
Kerusuhan bernuansa suku agama ras dan antargolongan (SARA) terjadi di Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara (Sumut), Jumat (29/7/2016) malam. Sejumlah vihara dan kelenteng dibakar dan dirusak massa yang mengamuk.
Berdasarkan informasi dihimpun, aksi anarki terjadi sekitar pukul 23.00 WIB. Kejadian ini dipicu emosi warga terhadap sikap pasangan suami-istri di Jalan Karya, Tanjungbalai. Ribuan orang turun ke jalan setelah mendengar adanya kabar keluarga itu disebutkan melarang kumandang azan dari Masjid Al Makhsun.
Massa dilaporkan sempat mendatangi kediaman pasutri itu. Namun jawaban yang diterima membuat massa semakin emosi. Rumah dirusak dan dilempar bom molotov. Kedua pasutri langsung diamankan petugas kepolisian.
Jumlah massa semakin banyak. Mereka bergerak ke rumah ibadah di Jalan Asahan-Tanjungbalai. Sekurangnya 5 unit bangunan vihara dan klenteng dirusak. Perusakan dan pembakaran peralatan di rumah ibadah itu pun terjadi.