Wanita Hamil dan Puasa

Ilustrasi (IST)
Ilustrasi (IST)

Wanita hamil atau menyusui yang dalam keadaan sehat, tidak lemah, tidak sakit-sakitan, atau tidak memiliki kekhawatiran terhadap janin / anaknya dan dirinya sendiri, maka ia tetap wajib berpuasa dan bila meninggalkannya berarti ia berdosa.

Bberikut ini adalah beberapa fatwa para ulama tentang hukum puasa bagi wanita hamil dan menyusui :

1. Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah : Wanita hamil atau menyusui, jika ia khawatir akan keselamatan dan kesehatan janinnya, maka ia boleh berbuka (tidak puasa). Dan wajib baginya untuk meng-qadha (mengganti) puasa di hari lain sebanyak hari yang ia tinggalkan dan juga memberi makan orang miskin (fidyah) setiap harinya satu ritl dari roti yang layak/baik.  (Fatawa An-Nisa’ – Syaikh Ibnu Taimiyah)

2. Wanita yang hamil atau menyusui, bila ia khawatir akan diri dan janinnya diperbolehkan berbuka (tidak puasa), kemudian ia wajib memberi makan orang miskin (fidyah) setiap harinya, dan ia tidak wajib meng-qadha (mengganti) puasanya menurut pendapat yang paling rajih. Pendapat ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam sunannya (4/347), Abd bin Humaid dalam kitab Al-Muntakhab (420). Pendapat yang sama juga dikeluarkan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Umar –radhiyallahu ‘anhum– tentang bolehnya wanita hamil dan menyusui berbuka bila khawatir.

3. Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan –hafizhahullah– berpendapat bahwa jika seorang wanita hamil dan menyusui khawatir akan janinnya bila ia berpuasa, maka ia boleh berbuka dengan meng-qadha (mengganti) di hari lain dan di samping itu ia juga wajib memberi makan orang miskin. Tapi jika ia khawatir akan dirinya sendiri tidak akan kuat berpuasa karena hamil dan menyusui, maka ia cukup meng-qadha saja tanpa harus memberi makan orang miskin (fidyah).

 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News