Pernyataan Komisioner KPK Saut Sitomorang yang menuding aktivis HMI banyak terlibat korupsi seperti taktik yang dilakukan CGMI (Central Gerakan Mahasiswa Indonesia) – salah satu underbouw Partai Komunis Indonesia (PKI) di dekade 60-an.
“Sama dan setara dengan taktik dan strategi CGMI (Central Gerakan Mahasiswa Indonesia) – salah satu underbouw Partai Komunis Indonesia (PKI) di dekade 60-an,” kata alumni HMI dan sastrawan Syamsuddin Ch. Haesy, Ahad (8/5).
Menurut Syamsuddin, era 60-an, CGMI sangat gencar mengeluarkan pernyataan jahat dan menebar HMI-phobia sebagai bagian dari Islamophobia (ketakutan terhadap Islam).
Syamsuddin mengatakan, pernyataan Saut itu, kejahatan lisan (abuse of tounge) – yang mencerminkan abuse of power — dan kebencian terhadap salah satu komponen dan eksponen bangsa yang mendorong perpecahan nasional.
“Mendiamkan hal tersebut dapat menyuburkan presumsi, bahwa kini sedang berlangsung secara sistemik upaya memicu islamophobia, yang dapat menghambat aksi pembangunan nasional,” ungkapnya.
Syamsuddin mengatakan, Saut sebagai mantan intelijen – meskipun dia dosen – kudu belajar tentang komunikasi dasar menyatakan pendapat di media televisi. Karena kamera studio, lawan bercakap, penonton, dan lelampuan dapat membuat seseorang, secara kejiwaan mengalami hilang akal.
“Terutama, karena dengan durasi program terbatas dia harus cerdas secara nalar, bijak secara nurani, peka menjaga audience sense – yang tak dikenalinya –, dan kondisi indra yang prima,” pungkasnya.