Wartawan senior yang pernah bekerja di Media Indonesia Edy A Effendi menasehati Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj yang mendukung pemimpin non muslim.
Melalui akun Twitter Edy @eae, mengatakan pernyataan Kiai Said Aqil yang setuju pemimpin non muslim adil perlu dikritisi. “Said Aqil:Mending Pemimpin Non-Muslim Tapi Jujur daripada Muslim Tapi Zalim bit.ly/1WyNJAl Statemen ini perlu dikritisi @saidaqil,” kicau Edy.
Kata Edy, Kiai Said memakai Pemimpin Non Muslim bukan Pemimpin Kafir. “Statemen ini bisa berarti Non Muslim belum tentu kafir. Ini asumsi saya,” ungkapnya.
Menurut Edy pernyataan Kiai Said menjadi tak tepat karena statemen ‘daripada Muslim Tapi Zalim’. “Memang ada Muslim tapi zalim?” tanya Edy.
Edy mengatakan Kiai Said juga keliru melakukan perbandingan kata ‘jujur’ dengan kata ‘zalim’. “Ini saya menggunakan pendekataan Bahasa Indonesia ya,” ungkapnya.
“Lawan kata ‘jujur’ lebih mengena kata ‘bohong’. Atau kalau ingin lebih menohok, pakai kata ‘munafik’. Ini lebih pas daripada kata zalim,” ujarnya.
Edy mengatakan, jujur itu lurus hati; tidak berbohong. Sementara kata zalim lebih ke sifat bengis; tidak menaruh belas kasihan; tidak adil; kejam.
“Anggaplah pernyataan Kiai @saidaqil bukan untuk Ahok tapi untuk keseluruhan. Tapi nuansa pernyataan itu mengarah pada situasi kekinian,” jelasnya.
Kata Edy, situasi kekinian yang sedang merajalela adalah kasus @basuki_btp yang mau nyagub DKI, yang notabene Cina dan Kristen. Ini nuansa @saidaqil
“Nuansa yang paling mengkristal dewasa ini adalah Pilkada DKI 2017. Pernyataan Kiai @saidaqil muaranya jelas. Muara ke Ahok,” ungkap Edy.
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj mengimbau rakyat agar yakin untuk memilih calon kepala daerah yang jujur dan bersih di Pilkada serentak 2017. Menurutnya, tak masalah bila calon kepala daerah itu non-Muslim tapi jujur dan dipercaya rakyat.
“Siapa saja yang mampu dan dipercaya rakyat, pemimpin yang adil meski itu non-Muslim tapi jujur, itu lebih baik daripada pemimpin Muslim tapi zalim. Di mana saja dan siapa saja,” kata Said Aqil di kantor PBNU, Jl Kramat Raya, Jakarta, Sabtu (16/4/2016).