Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) harus mengikuti Muhammadiyah yang memberikan advokasi terhadap orang-orang yang menjadi korban kebiadaban Densus 88.
“Harusnya NU membela korban kebiadaban Densus 88 sebagaimana dilakukan Muhammadiyah,” ungkap pemikir Islam, Muhammad Ibnu Masduki kepada suaranasional, Rabu (30/3).
Ibnu Masduki menduga NU tidak melakukan pembelaan korban Densus 88 karena telah mendapatkan proyek deradikalisasi dari kepolisian maupun BNPT. “Kalau Muhammadiyah jelas menolak deradikalisasi sebagaimana diungkapkan Ketua Umumnya Haedar Nashir,” ungkapnya.
Kata Ibnu Masduki, Muhammadiyah itu punya aset yang sangat besar dan tidak terpengaruh proyek-proyek tidak jelas seperti deradikalisasi yang justru merugikan umat Islam. “Muhammadiyah punya puluhan sekolah, universitas bahkan RS Sakit. Itu asetnya triliun. Makanya tidak terpengaruh proyek recehan deradikalisasi,” papar Ibnu Masduki.
Selain itu, Ibnu Masduki berharap NU-Muhammadiyah bisa bersinergi dalam pembelaan terhadap korban kebiadaban Densus 88. “Kalau NU dan Muhammadiyah sinergi sangat bagus,” pungkas Ibnu Masduki.
Muhammadiyah menyatakan akan memberikan advokasi terhadap orang-orang yang menjadi korban kebiadaban Densus 88.
Organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini memberikan pembelaan terhadap keluarga Sriyono di mana ustadz yang tinggal di Klaten ini meninggal dunia akibat kelakuan Densus 88.
PP Muhammadiyah yang sejak dini mengawal kasus ini dan telah menyatakan siap untuk membantu melakukan advokasi. Untuk langkah awal, Tim Dokter Muhammadiyah atas izin dari keluarga akan melakukan otopsi terhadap jenazah Siyono yang akan didampingi Komisioner Komnas HAM Manager Nasution dan juga tim lembaga hukum, Rabu (30/3).