Kantor yang dimiliki etnis Tionghoa memaksa karyawannya mengumpulkan KTP untuk dukungan kepada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Pusat pergudangan Kedaung Nomor 8A Kapuk, Jakarta yang dimiliki etnis Tionghoa memaksa karyawannya mengumpulkan KTP untuk Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2017.
Sebuah akun milik @Nayay_Yan mengunggah foto lembaran milik Teman Ahok yang disebarkan oleh atasannya yang berasal dari etnis Tionghoa.
Mereka mendapatkan formulir disertai dengan ancaman jika Ahok kembali terpilih, maka mereka yang tidak mengisi dan menyerahkan KTP DKI akan dikeluarkan dari DKI.
“Di tempat kerja sy yg ber ktp dki di paksa isi formulir ini, sy tolak dgn tegas @maspiyungan @ssirah,” tulis @Nayay_Yan dalam akun twitternya14 Maret 2016.
Beberapa atasan di pusat perkantoran Sudirman yang kebetulan dari etnis Tionghoa juga memaksa bawahannya memberikab dukungan untuk Ahok.
“Atasan saya yang kebetulan dari etnis Tionghoa maksa untuk ngumpulin KTP buat Ahok,” ungkap karyawan perusahaan asuransi yang tidak mau disebutkan namanya kepada suaranasional.
Sekjen Partai Priboemi Heikal Safar meminta etnis Tionghoa tidak memprovokasi dengan memaksa bawahan untuk memilih Ahok.
“Para etnis Tionghoa jangan memprovokasi bawahan mereka, jangan sampai warga masyarakat marah dan balik mengusir mereka dari Jakarta, memangnya mereka pikir Jakarta milik etnis Tionghoa ?” Ujar Heikal Safar.
Menurut Ketua Umum Karyawan Filem dan Televisi Infonesia, Febryan Adhitya yang juga bersedia masuk dalam buras pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta, sebenarnya Teman Ahok saat ini sudah kehilangan akal sehat mereka.
“Mengaku sudah kumpulkan 700 ribu lebih KTP, hanya karena persoalan ganti wakil, jumlah KTP malah menyusut menjadi 27 ribuan, kemana KTP yang 600 ribu lebih itu ?” Ujarnya heran.
Bahkan Febryan mulai curiga jika Teman Ahok hanya memprovokasi masyarakat, agar terdengar hebat, padahal isinya kosong.