Awas, Jokowi Ketiban Sial

JOKO WIDODO/NET
JOKO WIDODO/NET

Aneh tapi nyata ! Begitu Jokowi menjadi Presiden, ekonomi dunia langsung mengamuk, harga minyak merosot, harga komoditas batubara, sawit dan harga hasil tambang ambruk. Padahal sumber sumber tersebut adalah andalan ekonomi Indonesia terutama penerimaan fiskal pemerintah. Semua terjadi seperti kebetulan, seperti sedang ketiban sial.

Demikian dikatakan  Pengamat ekonomi politik Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng dalam pernyataannya kepada suaranasional, Rabu (20/1).

Kata Salamuddin, Pemerintahan Jokowi berhadapan dengan dua keadaan yang kontradiktif. Pertama, menurunnya penerimaan pemerintah, baik penerimaan pajak maupun bukan pajak, terutama dari sektor komoditas.

“Kedua, meningkatnya kewajiban pemerintah baik cicilan utang maupun bunga utang. Saat ini utang pemerintah sudah menumpuk mencapai lebih dari 3 kali penerimaan pajak pemerintah,” jelas Salamuddin.

Salamuddin mengatakan, menurunnya penerimaan pemerintah terutama dipicu oleh merosotnya harga minyak. Jatruhnya harga  minyak merupakan pukulan keras kepada pemerintahan Jokowi.

“Sektor migas adalah penyumbang terbesar pendapatan fiscal pemerintah baik dalam bentuk penerimaan pajak, bagi hasil minyak dan penerimaan lainnya,” papar Salamuddin.

Salamuddin mengatakan, sementara itu International Monetary Fund (IMF) meramalkan harga minyak bisa jatuh hingga USD 20 /barel. Harga minyak hari ini rabu, 20/1/2016 sudah menyentuh USD 28 /barel. Jika ramalan IMF terjadi maka semua perusahaan hulu minyak di Indonesia langsung ambruk.

“Jika harga minyak jatuh ke USD 20/barel maka penerimaan pemerintah dari PPH migas, bagi hasil migas akan hilang. Padahal penerimaan sektor ini menyumbangkan tidak kurang dari Rp. 300 triliun setahun. Bisa dibayangkan jika penerimaan migas ini hilang sama sekali,” pungkas Salamuddin.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News