Level perampokan anggaran oleh para oligarki politik yang membajak institusi negara saat ini bila dianalogikan dengan bencana alam bukan lagi di level waspada, namun sudah memasuki level awas.
“Kini satu satunya sumber yang mau dilahap adalah Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) melalui berbagai skema ribuan projek infrastruktur,” kata Pengamat dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng dalam keterangan kepada suaranasional, Jumat (30/10).
Kata Salamuddin, ada perampokan yang dilakukan melalui penyertaan modal ke BUMN, penyertaan modal ke lembaga keuangan international, seperti AIIB dan World Bank, untuk tujuan melipatgandakan hutang.
“Di tengah kejatuhan harga komoditas seperti sawit, batubara, minyak, dan sumber daya alam lainnya, para taipan, saudagar, yang di-backup oleh para marsose, bodyguard politik dan intelektual, semakin kelaparan dan kehausan, semakin ganas dan “haus darah segar”. Darah paling segar itu adalah APBN,” ungkapnya.
Menurut Salamuddin, RAPBN 2016 sangat ambisius, naik dari target APBNP 2015. Padahal APBNP sebelumnya tersebut tidak mencapai target. Ini jelas tidak waras bagaikan pungguk merindukan bulan.
“Ambisi ini akan dicapai dengan mencekik rakyat dengan pajak berlipatganda, cukai yg selangit, dan berbagai pungutan yang mencekik leher. Tidak hanya itu, drakula politik akan menjual negara kepada asing dengan mengemis utang luar negeri, menjual BUMN dan menjadikan APBN sebagai proyek bersama antara para taipan, saudagar, yang menguasai negeri bersama sama dengan modal asing,” ungkapnya.
Salamuddin menegaskan, negara yg dipimpin oleh Presiden yang lemah, dengan sistem politik amburadul telah dimanfaatkan oleh para drakula politik yg habitatnya tidak punya nurani terhadap penderitaan rakyat, miskin, menganggur dan menderita berbagai penyakit akibat bencana pembakaran lahan dan asap.