Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Wakilnya Jusuf Kalla (JK) telah pecah kongsi. Hal ini terlihat saat Jokowi memperlihatkan kepada awak media menelpon langsung Menkopolhukam Luhut Panjaitan menanyakan kondisi asap di Indonesia.
Demikian dikatakan pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Mohammad Nasih di akun Facebook-nya beberapa waktu lalu. “Dan kali ini, JK tidak bisa mendapatkan julukan The Real President seperti saat menjadi wakil SBY. Situasi dan kondisi telah berubah,” ungkap Nasih.
Kata Nasih, para pemain di sekeliling Jokowi berbeda dengan di era Pemerintahan SBY. “Beginilah politik di era pencitraan,” jelas Nasih.
Nasih meminta semua pihak untuk memberikan keterangan secara benar tentang kondisi politik sekarang ini agar tidak dibodohi dengan pemberitaan di berbagai media.
“Rakyat harus terus kita cerdaskan, agar tidak terus menerus dibodohi. Tanggung jawab kita semua. Yang mau melakukan, jangan harap akan dicintai rakyat,” papar Nasih.
Nasih mengungkapkan, para Nabi yang ingin mencerdaskan pun dilempari batu dan bahkan dibunuh. “Awalnya, pemenangnya adalah penipu. Namun, jika kita berjihad dengan sabar dan tabah, kebenaran akan menang,” jelas Nasih.
Presiden Jokowi menelepon langsung Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan untuk memantau perkembangan penanganan bencana asap di Tanah Air.
Presiden Jokowi di Blair House, Washington DC, Senin (26/10) sekitar pukul 10.20 waktu setempat, menelepon Luhut di depan awak media.
“Selamat pagi Pak Luhut, bagaimana perkembangan yang di Kalteng sama Sumsel yang pemadaman darat?” tanya Presiden