Saat ini korporasi aseng telah menanamkan investasi di Indonesia. Dalam menjalankan perusahaannya sangat diskrimasi terhadap warga pribumi.
“Kami membahas betapa korporasi-korporasi aseng mendikriminasi buruh-buruh pribumi. Mereka muliai merekrut buruh-buruh aseng,” kata Guru Besar Universitas Indonesia Prof Sri Edi Swasono dalam pernyataan dalam pernyataan di group whatsapp aktivis pergerakan, Rabu (21/10).
Menurut Sri Edi, pribumi hanya dijadikan buruh kelas rendah seperti satpam. “Lengah kekagumannya sama Ahok, tentu saya tidak rasis,” ungkapnya.
Sri Edi mengungkapkan seperti itu karena tidak rela melihat pribumi yang terus digusur dan nasibnya bisa seperti aborigin di Australia. “Saya tidak ikhlas melihat pribumi terus digusuri dan bisa-bisa minggir jadi aborigin,” papar Sri Edi.
Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri membenarkan ada ribuan tenaga kerja asing dari Cina yang sudah masuk dan bekerja di Indonesia.
Berdasarkan data Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) yang diterbitkan Kementerian Ketenagakerjaan per Januari 2014 hingga Mei 2015 ada sedikitnya 41 ribu buruh asal China yang pernah mendapatkan izin kerja. Sampai akhir Juni 2015, Menteri Hanif memastikan ada 12 ribu buruh China di Indonesia.
Satu di antaranya adalah pembangunan PLTU Celukan Bawang, di Buleleng, Bali, yang dikerjakan empat kontraktor: China Huadian Power Plant, China Huadian Engineering Co. Ltd, PT CR 17, dan mitra lokal PT General Energy Bali.
Pekerja asal China gampang ditemukan di kota itu sejak proyek dimulai tiga tahun lalu. PLTU berkapasitas 3×100 megawatt itu bernilai investasi sekitar Rp 9 triliun.