Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat (AS) pada 26 sampai 29 Oktober 2015 tidak membawa keuntungan bagi rakyat Indonesia.
“Ketika melihat agenda itu, terus terang, saya kecewa sekali. Hari pertama pertama kunjungan, Presiden Jokowi sudah sarapan dengan para petinggi Freeport. Ya, Sodara-sodara! Freeport yang sedang berusaha mendapatkan perpanjangan kontrak di Papua itu,” kata pengamat politik dan sosial yang tinggal di AS Made Supriatma di akun Facebook-nya beberapa waktu lalu.
Kata Made, Jokowi bertemu dengan Presiden Obama tetapi diterima sebagai kepala pemerintahan yang akan melakukan kunjungan kerja.
“Kunjungan ini dirancang agar Jokowi bertemu dengan kalangan pengusaha Amerika. Dia tidak makan siang bersama Obama dan keluarga di Gedung Putih sebagaimana protokoler kunjungan kenegaraan. Tapi dia akan makan siang di Departemen Luar Negeri AS,” ungkapnya.
Menurut Made, Jokowi juga tidak akan dijamu makan malam yang biasanya sangat glamour itu. Presiden Jokowi akan makan malam bersama US Chamber of Commerce.
“Bagi yang paham politik dalam negeri Amerika, tentu tahu bagaimana pengaruh US Chamber of Commerce ini. Lembaga ini adalah wakil dari kekuatan politik konservatif yang selalu menentang pemerintahan Obama,” jelas Made.
Made mengutarakan, paling mengecewakan adalah bahwa tidak ada sedikitpun kepentingan massa-rakyat diwakili dalam kunjungan Jokowi ini.
“Dia tidak akan berbicara tentang kondisi buruh Indonesia, tidak akan bicara tentang kerusakan ekologis besar-besaran, tidak akan bicara perubahan iklim, tidak akan bicara tentang keadaan demokrasi Indonesia, dan lain-lain hal yang menyentuh rakyat banyak,” ungkap Made.
Ia mengutarakan, Jokowi akan lebih banyak meminta, memohon, atau (kalau Sodara suka) mengemis. Dia akan meminta pengusaha-pengusaha Amerika ini untuk menanamkan modalnya proyek-proyek infrastruktur yang akan dibikin oleh administrasi pemerintahannya.
“Untuk saya, kedudukan rakyat itu penting karena rakyat – seperti saya dan Sodaralah – yang pada akhirnya akan membiayai proyek-proyek ini,” jelas Made.
Selain itu, Made mengutarakan, ada satu soal yang sangat penting. Soal pembukaan dokumen-dokumen CIA tahun 1965. “Dokumen ini tidak bisa dibuka tanpa permintaan dari Indonesia. Presiden Obama sudah menunjukkan sikap atau ‘gesture’ yang menunggu,” ungkap Made.
Menurut Made, Dokumen-dokumen ini penting dan menjadi pelajaran yang sangat berarti untuk bangsa Indonesia. Dokumen itu mungkin akan menunjukkan bagaimana kita sebagai bangsa diperlakukan oleh kekuatan-kekuatan besar.
Sebagaimana dikutip dari Harian Nasional, Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan Presiden Joko Widodo memberi sinyal positif soal kelanjutan investasi PT Freeport Indonesia (PTFI) di Papua yang sedianya akan berakhir pada 2021.
“Sinyalnya sudah jelas bahwa Pemerintah beritikad menjaga kelangsungan operasi PTFI di Timika dengan penekanan agar keberadaan mereka harus dapat memberi manfaat maksimal bagi pembangunan Papua dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan,” kata Sudirman saat jumpa pers di Kementerian ESDM Jakarta, Kamis (2/7).