Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui tidak menemukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara massal di beberapa daerah.
“Cari mana yang PHK, saya suruh cari Kepala BKPM, tapi tidak ketemu,” kata Jokowi, Senin (5/10) dalam acara Peluncuran Program Investasi Padat Karya Menciptakan Lapangan Kerja.
Jokowi mengatakan, perlunya menumbuhkan optimisme di tengah perlambatan ekonomi global yang terjadi sekarang ini. “Dengan optimisme itulah kita bisa selesaikan masalah ekonomi di negara kita,” katanya.
Selain itu, mantan Wali Kota Solo itu mengakui pertumbuhan ekonomi akan naik.
“Belanja APBN sudah 64 persen, akhir tahun perkiraan kita bisa sampai 92-94 persen sehingga kita harapkan itu berdampak pada pertumbuhan ekonomi kita. Negara lain boleh turun, tapi kita harus optimistis Indonesia naik pertumbuhannya. Optimisme itu yang harus ditumbuhkan, tidak ada yang lain,” katanya.
Padahal, berdasarkan laporan Harian Nasional, anggota senior Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Hippi) Suryani Motik mengatakan sekitar 1.700 pekerja terancam menganggur akibat pelemahan nilai tukar rupiah.
Ia mendapat laporan ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) tersebut saat rupiah masih berada di level Rp 13 ribu per dolar AS. Saat rupiah menembus Rp 14 ribu, jumlah karyawan yang dipangkas diperkirakan lebih tinggi lagi.
Dia menyebut PHK merupakan langkah terbaik yang bisa dilakukan ketimbang menutup seluruh usaha. “Kami hanya bisa mengambil langkah efisiensi ongkos modal,” katanya
hadewww… ya begitu deh punya presiden kecebong…. itu lagi cari kecebong di got wkwkwkw