Proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt memunculkan konflik Jokowi-JK terlebih lagi pihak Istana mengakui sulit menggarap proyek tersebut.
“Ada pernyataan Seskab Pramono Anung yang mengakui kesulitan mengerjakan proyek listrik 35 ribu MW menandakan Jokowi tak setuju. Nantinya ada konflik dengan JK yang bersikeras menyetujui proyek tersebut,” kata pengamat politik Muhammad Huda kepada suaranasional, Rabu (9/9).
Menurut Huda, nampaknya Jokowi lebih menyetujui Rizal Ramli agar proyek listrik 35.000 megawatt dikurangi. “Tentunya kalau dikurangi ada yang rugi karena tidak mendapatkan proyek tersebut,” jelas Huda.
Kata Huda, Jokowi sebagai orang Jawa tentunya tidak akan melawan secara langsung JK. “Politik Jawa itu tidak melawan secara langsung tetapi memanfaatkan orang lain,” ungkap Huda.
Huda memperkirakan akibat proyek listrik ini hubungan Jokowi-JK akan tidak harmonis. “Hubungan keduanya akan selalu tegang. JK yang merasa senior merasa dilangkahi dengan cara Jokowi yang menganulir proyek tersebut,” jelas Huda.
Kata Huda, ketidakharmonisan Jokowi-JK mengakibatkan ekonomi Indonesia semakin terpuruk. “Istana terjadi kegaduhan terus. Hal ini mengakibatkan ekonomi makin terpuruk. Prediksi Jokowi bulan September ekonomi akan meroket tidak akan terjadi,” papar Huda.
Sebelumnya, Seskab Pramono Anung membenarkan bahwa pemerintah saat ini menghadapi sejumlah kendala dalam merealisasikan proyek 35.000 megawatt pembangkit listrik.
“Kami melihat, walaupun sudah ada upaya, political will, dorongan, dan keingianan sungguh dari pemerintah, ada peraturan pemerintah yang membuat mereka tidak memungkinkan bisa bergerak,” ujar Pramono di Istana Kepresidenan, Senin (7/9).