Dua orang tim sukses Joko Widodo atau Jokowi, Hendropriyono dan As’ad Said Ali disebut-sebut terlibat dalam proyek CIA pemberantasan terorisme di Indonesia.
“Saat operasi CIA di Indonesia itu, Hendropriyono sebagai KaBIN dan menantunya Andika P (saat ini menjadi DanPaspampres Jokowi) operator lapangan,” kata Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya kepada Suaranasional, Sabtu (12/12).
Kata Harits, dalam menjalan operasi CIA itu, Indonesia melalui BIN menangkap pertama, Muhammad Saad Iqbal Madni (9 Januari 2002) direndisi (dipindah ke negara lain tanpa proses hukum) ke Mesir, ketika ke Indonesia sering mengunjungi alumni Afghanistan yang tinggal di sekitar Taman Amir Hamzah, Menteng Dalam.
“Kedua, Nasir Salim Ali Qoru (2003) direndisi ke Yordania. Dan di luar nama 2 orang tersebut juga tercatat BIN menangkap Umar Faruq, Februari 2002 dengan paspor atas nama Mahmud Bin Ahmad Assegaf di kirim ke Guantanamo berangkat dari Lapangan Pondok Cabe atas permintaan CIA,” ungkap Harits.
Lanjut Harits, Ada juga nama Syam Reda juga dideportasi dari Indonesia.Seorang yang bernama Muhammad Fraq Ahmed Basmeila alias Muhammad al Somaila (2002) jg ditangkap, bersama dia ditangkap juga Waddah Nasser Salem Ali Bin Tamimi alias Abu Hamzah alias Muksin.
“keduanya dideportasi. Satu lagu Abdel Ilah Sabri warga Libya kemudian dideportasi ke Afsel. Beberapa data ini terkonfirmasi dari data intelijen yang dibukukan oleh As’ad Said Ali dalam judul “Al Qaeda-Tinjauan Sosial Politik Ideologi dan Sepak Terjangnya” (2014).Dan kebetulan posisi As’ad Ali Said juga menjadi WakaBIN di masa Hendropriyono menjadi KaBIN,” jelasnya.
Setelah melalui proses panjang, yakni 5 tahun membaca dan menganalisa lebih dari 6,3 juta halaman dokumen, Komite Intelijen Senat Amerika Serikat (AS) akhirnya mempublikasikan laporan tentang praktik interogasi brutal Central Intelligence Agency (CIA) terhadap 119 tahanan mujahidin Al Qaeda pasca serangan 11 September 2001 atau 9/11, sejak akhir 2001 hingga Januari 2009.
Saat merilis laporan setebal 525 halaman tersebut, Ketua Komite Dianne Feinstein mengatakan, CIA telah melanggar undang-undang dan nilai-nilai Amerika.