Ustaz Abu Bakar Ba’asyir Lakukan Safari Dakwah Islamiyah

Ustaz Abu Bakar Ba’asyir (ABB), pendiri Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki, kembali menjadi sorotan publik setelah melakukan serangkaian kunjungan kepada sejumlah tokoh nasional. Safari dakwah yang ia sebut sebagai silaturahmi ke pemimpin bangsa itu dimulai dengan pertemuan bersama mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Solo, dilanjutkan audiensi dengan Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad, dan direncanakan akan berlanjut ke tokoh hukum nasional Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra.

Ba’asyir, yang kini berusia 86 tahun, dikenal sebagai sosok ulama yang teguh dalam prinsip dakwah Islamiyah. Namun, langkahnya yang mendatangi para tokoh politik menimbulkan beragam tafsir dan spekulasi di kalangan publik maupun pengamat.

Pertemuan pertama berlangsung di kediaman pribadi Jokowi di Sumber, Banjarsari, Solo. Dalam pertemuan tertutup sekitar 30 menit itu, Ba’asyir didampingi beberapa santrinya. Meski tanpa pernyataan resmi, pertemuan tersebut dikabarkan berlangsung hangat.

Sumber internal menyebutkan, Ba’asyir memberikan nasihat tentang pentingnya kembali kepada nilai-nilai keislaman dalam kepemimpinan dan kehidupan sosial.

Usai dari Solo, Ba’asyir kemudian melanjutkan perjalanannya ke Jakarta. Di Gedung DPR, ia diterima langsung oleh Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad. Dalam pertemuan itu, keduanya membahas isu persatuan bangsa, peran ulama dalam menjaga moral publik, serta hubungan antara agama dan kebangsaan.

“Silaturahmi ini bagian dari dakwah. Saya ingin menyampaikan pesan persaudaraan dan pentingnya menjaga moral bangsa,” ujar Ba’asyir kepada wartawan usai pertemuan.

Dalam agenda berikutnya, Ba’asyir dijadwalkan menemui Prof. Yusril Ihza Mahendra, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Hubungan keduanya memang cukup dekat. Yusril pernah menjadi pengacara Ba’asyir dalam perkara hukum beberapa tahun silam, dan hingga kini keduanya disebut masih menjalin komunikasi baik.

Baca juga:  Menyanyi dan Main Piano, Bakat Terpendam Dasco

“Ustaz Abu ingin bersilaturahmi dan menyampaikan pandangan keislaman kepada berbagai tokoh. Termasuk kepada Prof. Yusril, yang dulu pernah membela beliau dengan niat kemanusiaan dan keadilan,” ujar salah satu pendamping Ba’asyir, yang enggan disebut namanya.

Pengamat intelijen dan geopolitik Amir Hamzah menilai langkah Ba’asyir ini bukan sekadar silaturahmi biasa, melainkan bagian dari “safari dakwah Islamiyah” yang memiliki makna strategis dan simbolik.

“Kalau dilihat dari pola dan aktor yang ditemui — mantan presiden, pimpinan DPR, dan tokoh hukum — ini bukan pertemuan biasa. Ada pesan dakwah yang kuat, tapi juga ada dimensi politik yang halus,” kata Amir Hamzah dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (1/11/2025).

Menurut Amir, safari dakwah ini merupakan bagian dari upaya rehabilitasi sosial dan rekonsiliasi simbolik antara ulama garis keras dengan elite politik nasional.
Ia menyebut, pertemuan dengan Jokowi menjadi simbol penyembuhan luka politik masa lalu, sementara kunjungan ke DPR dan Yusril berfungsi membangun jembatan komunikasi antar-komponen bangsa.

“Abu Bakar Ba’asyir tampaknya ingin menunjukkan bahwa dakwah tidak berarti permusuhan dengan negara. Tapi dari sisi intelijen, ini juga mengandung sinyal politik—upaya mengembalikan pengaruh moral dan jaringan pesantren Ngruki di ruang publik nasional,” ujar Amir Hamzah.

Amir juga menilai, kunjungan Ba’asyir ke para elite politik merupakan bagian dari proses normalisasi citra setelah bertahun-tahun dikaitkan dengan gerakan ekstremisme. Dengan menemui tokoh-tokoh nasional, ABB mencoba menunjukkan bahwa dirinya sudah bertransformasi menjadi ulama yang fokus pada dakwah damai dan nasihat moral.

Baca juga:  Pengamat Intelijen dan Geopolitik: Pertemuan Purnawirawan TNI Dijawab Kunjungan Sespimmen Polri ke Jokowi

“Kita lihat ada strategi baru dari Ba’asyir — dari konfrontatif ke dialogis. Ini positif, tapi negara tetap harus mengamati dinamika jaringan di bawahnya. Sebab, di dunia intelijen, perubahan taktik sering kali menyimpan arah baru yang belum terlihat,” jelas Amir.

Amir Hamzah mengingatkan agar publik tidak bereaksi berlebihan terhadap safari dakwah ini.

Menurutnya, pendekatan yang keras hanya akan memperkuat narasi persekusi dan memperdalam polarisasi.

Ia menyarankan agar pemerintah memfasilitasi ruang dialog terbuka antara ulama, tokoh politik, dan aparat keamanan. Dengan begitu, pesan dakwah dapat berjalan tanpa menimbulkan ketegangan sosial.

“Selama kegiatan Ustaz Abu tidak menyalahi hukum dan tetap dalam koridor dakwah damai, sebaiknya negara bersikap bijak. Tapi tetap lakukan pemantauan untuk memastikan tidak ada mobilisasi yang mengarah pada agenda politik praktis,” tegas Amir.

Safari dakwah Ustaz Abu Bakar Ba’asyir menjadi fenomena menarik di tengah suasana politik nasional yang mulai cair pasca-pergantian pemerintahan. Langkah ABB menemui Jokowi, Dasco, dan nanti Yusril, memperlihatkan adanya perubahan orientasi dakwah — dari resistensi menjadi rekonsiliasi.

Namun, bagi pengamat seperti Amir Hamzah, peristiwa ini juga menjadi momentum untuk membaca ulang bagaimana jaringan ideologis dan moral agama berinteraksi dengan kekuasaan politik di Indonesia.

“Ini bukan sekadar safari ulama senior. Ini juga refleksi bahwa kekuatan moral dan simbol keagamaan masih punya pengaruh besar dalam dinamika politik Indonesia hari ini,” tutup Amir Hamzah.

 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News