Cicit Pangeran Diponegoro Hadir di Rihlah Dakwah ke-6 di Mantup Lamongan

Gelaran Rihlah Dakwah ke-6 yang berlangsung di SMKM 10 Mantup, Lamongan, pada 25–26 Oktober 2025 berlangsung khidmat dan penuh semangat ukhuwah. Acara bertema “Merajut Ukhuwah, Menguatkan Persatuan Umat” ini digelar oleh Relawan Anies RB sebagai ajang silaturahmi antar-simpul pendukung Anies Baswedan menuju Pilpres 2029.

Menurut Toyib, aktivis gerakan dari Mantup, kegiatan ini menjadi wadah mempererat persaudaraan di antara relawan lintas simpul yang selama ini konsisten mendukung Anies.

“Rihlah dakwah ini bukan sekadar pengajian, tapi gerakan moral untuk terus menjaga kebersamaan dan semangat perubahan,” ujar Toyib.

Acara yang dimulai pukul 13.00 WIB ini menghadirkan sejumlah pembicara nasional, antara lain Dr. M. Taufiq (praktisi hukum), Dr. Dhimam Abror, Edy Mulyadi (jurnalis senior), serta KH. Dr. Azhari Dipokusumo, cicit dari Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro.

Pada sesi pembukaan, tampil dua sesepuh Lamongan yaitu KH. Sudjudna, pengasuh Ponpes Tahfidz Muhammadiyah Goa Landak, dan KH. Dawam Sholeh, pemangku Ponpes Al-Islah Paciran, yang juga dikenal sebagai sastrawan dan budayawan alumni UGM serta Pondok Modern Darussalam Gontor.

Baca juga:  Program MBG di Lamongan Diduga Bermuatan Politik, FORMAL Bongkar 44 Dapur Tak Berizin!

KH. Sudjudna dalam sambutannya mengenang perjalanan pendirian pondok yang dulunya berdiri di lahan yang dianggap angker. Kini di atas tanah seluas 3 hektare tersebut berdiri TPQ, TPA, dan Pondok Tahfidz Al-Qur’an dengan ratusan santri yang belajar gratis, serta SMKM 10 Mantup dengan 160 siswa aktif.

“Semoga pondok ini semakin maju dan menjadi pusat dakwah Muhammadiyah di Mantup,” harap KH. Sudjudna.

Dalam paparannya, Dr. Dhimam Abror mengenang masa mudanya sebagai redaktur harian Jawa Pos di Yogyakarta. Ia menyebut pertemuannya dengan Anies Baswedan terjadi sejak masa kuliah di UGM.

“Tulisan Anies waktu itu sudah luar biasa. Satu angkatan dengan Yahya Staquf dan Muhaimin Iskandar. Kami semua menulis untuk biaya hidup. Persahabatan itu terus berlanjut hingga kini,” ungkap Abror.

Ia pun menyinggung soal Pilpres 2024 dengan nada reflektif, “Anies seharusnya menang, tapi mungkin ada yang lebih membutuhkan saat itu.”

Tokoh karismatik KH. Dawam Sholeh turut memberikan tausiah inspiratif dan menceritakan kiprah pondoknya yang kini memiliki lebih dari 2.000 santri, menjadikannya salah satu pondok terbesar di Lamongan.

Baca juga:  Anggota Polsek Ngimbang Lamongan Shalat Subuh Berjamaah

Sebagai penutup tausiah, ia membacakan puisi karyanya berjudul “Jika Presiden Kita Pak Anies Baswedan” yang disambut tepuk tangan peserta.

Setelah jeda salat dan makan, giliran Edy Mulyadi tampil. Jurnalis senior yang dikenal kritis terhadap kekuasaan ini berbagi kisah perjuangannya sebagai wartawan dan makna keberanian menyuarakan kebenaran di tengah tekanan politik.

Puncak acara diisi oleh KH. Dr. Azhari Dipokusumo, cicit Pangeran Diponegoro. Dalam tausiyahnya, ia mengaitkan nilai-nilai perjuangan Diponegoro dengan situasi bangsa saat ini.

“Perjuangan menegakkan keadilan dan kebenaran adalah amanah yang diwariskan para pahlawan. Politik harus jadi jalan dakwah, bukan alat kekuasaan,” tegas KH. Azhari.

Ia juga mengutip ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis sebagai panduan moral dalam kehidupan politik umat, sambil mengisahkan perjuangan Islam di Andalusia dan keteguhan para sahabat Nabi. (Yunus Hanis Syam)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News