Muhammadiyah dan PDIP Satu Nafas Menjaga Empat Pilar MPR

Suasana hangat dan penuh kekeluargaan terasa dalam acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang digelar bersama Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Bogor, Jumat (26/9). Anggota MPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Abidin Fikri SH, MH, hadir sebagai pembicara dalam acara ini bukan sekadar agenda formal, melainkan momen pulang kampung batin untuk meneguhkan nilai-nilai kebangsaan yang telah lama mengakar dalam sejarah Muhammadiyah maupun partai berlambang Banteng Moncong Putih.

“Bagi saya, Muhammadiyah bukan hal asing. Saya seperti pulang kampung,” ucap Abidin mengawali pidatonya. Politisi PDIP dari daerah pemilihan Jatim IX Tuban–Bojonegoro itu mengaku kagum dengan kehadiran beragam unsur persyarikatan, mulai dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), hingga Aisyiyah. Menurutnya, hubungan PDIP dengan Muhammadiyah memiliki sejarah panjang yang sering luput dari ingatan publik.

“Bung Karno sendiri lahir dari rahim Muhammadiyah. Ibu Fatmawati berasal dari keluarga Muhammadiyah. Bahkan Masjid Jami’ Bengkulu, yang arsiteknya Bung Karno, menjadi inspirasi lambang sayap Baitul Muslimin PDIP,” papar Abidin. Ia menilai warisan sejarah itu menjadi pengingat bahwa keberagaman seharusnya menjadi kekuatan, bukan sumber perpecahan.

Baca juga:  MPR Tegaskan Demo Besar 4 November Untuk Tegakkan Hukum dan Keadilan

Abidin menegaskan kembali mandat MPR RI untuk mensosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. “Pertemuan ini memantapkan nilai luhur yang sesungguhnya telah lama dijalankan Muhammadiyah,” katanya.

Ia menyoroti tantangan era informasi dan media sosial yang semakin kompleks, termasuk kemunculan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang memengaruhi cara masyarakat menerima informasi. “Arus informasi dari luar dan dalam, terlebih di era medsos dan AI, bisa menjadi ancaman jika tidak disikapi dengan nilai-nilai kebangsaan yang kuat,” ujar Abidin.

Dalam konteks sejarah, ia mengingatkan bahwa Pancasila lahir dari proses panjang yang diprakarsai tokoh-tokoh besar, termasuk Ki Bagus Hadikusumo dari Muhammadiyah. “Beliau ikut merumuskan Pancasila sebagai dasar negara ketika Indonesia hendak merdeka,” jelasnya. Abidin juga membandingkan dinamika Indonesia dengan India, yang setelah merdeka justru terpecah menjadi Pakistan dan kemudian Bangladesh. “Bung Karno sudah menegaskan, prinsip Pancasila adalah kunci agar kita tetap bersatu.”

Baca juga:  Anthony Budiawan: Ketua MPR Barisan Terdepan Suarakan Kudeta Konstitusi dengan Penundaan Pemilu

Abidin menyinggung masa lalu ketika penataran P4 dan pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) menjadi sarana internalisasi nilai kebangsaan. “Sekarang MPR diberi mandat untuk sosialisasi empat pilar, dan ini menjadi kesempatan kita menanamkan kembali nilai gotong royong,” katanya. Ia menegaskan bahwa aksi demonstrasi adalah hak demokratis, namun masyarakat harus waspada terhadap pihak-pihak yang menunggangi aksi hingga menimbulkan kerusakan.

Abidin mengapresiasi Muhammadiyah sebagai teladan dalam mengamalkan empat pilar kebangsaan. “Apa yang dijalankan Muhammadiyah adalah cermin dari nilai luhur bangsa,” ujarnya. Menurutnya, hubungan ideologis dan historis antara Muhammadiyah dan PDIP memperlihatkan bahwa kekuatan bangsa terletak pada kolaborasi lintas ormas dan partai.

Dengan semangat itu, Abidin mengajak untuk terus menjaga kebersamaan. “Keberagaman yang kita miliki adalah kekuatan. Mari kita rawat agar bangsa ini tidak mudah terombang-ambing oleh tantangan zaman.”

Simak berita dan artikel lainnya di Google News