Kontroversi yang melibatkan Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni terus memicu perdebatan publik setelah dirinya terekam menghadiri sebuah acara bermain domino bersama Azis Wellang, pengusaha kayu yang sejak November 2024 berstatus tersangka pembalakan liar. Foto yang dirilis Tempo memperlihatkan suasana santai pertemuan tersebut, di mana Raja Juli duduk di satu meja bersama beberapa orang, termasuk Azis. Kehadiran seorang menteri dalam forum sosial bersama tersangka kasus kehutanan kontan menimbulkan tanda tanya besar mengenai sensitivitas etika pejabat publik.
Upaya konfirmasi dari media terhadap Raja Juli maupun Azis tidak membuahkan hasil. Menurut laporan, bahkan sempat ada permintaan agar pertemuan itu tidak diberitakan. Diamnya para pihak hanya memperkuat spekulasi bahwa ada persoalan serius di balik momen yang dianggap sepele oleh sebagian kalangan itu.
Pengamat politik Muslim Arbi termasuk yang paling vokal mengkritik. Menurutnya, tindakan Raja Juli telah merusak citra pemerintahan sejak awal. Namun yang lebih fatal, kata dia, adalah sikap Presiden Prabowo Subianto yang memilih untuk tidak mengambil langkah tegas terhadap bawahannya tersebut.
“Prabowo tampak tidak berani. Kalau dia benar-benar ingin menjaga marwah pemerintahannya, mestinya Raja Juli segera diberhentikan. Tapi faktanya, sampai hari ini tidak ada tindakan apa pun. Ini jelas menunjukkan bahwa Prabowo masih takut pada Jokowi,” ujar Muslim Arbi kepada wartawan, Sabtu (6/9/2025).
Muslim menegaskan, kedekatan politik Raja Juli dengan lingkaran Jokowi membuat posisinya relatif aman meski terseret kontroversi. Menurutnya, situasi ini memperlihatkan bahwa independensi Presiden Prabowo dalam mengelola kabinet masih jauh dari harapan. Publik, kata dia, tentu berharap presiden berani mengambil keputusan meski berisiko memicu ketegangan politik.
Kasus ini juga menimbulkan dampak serius terhadap citra pemerintahan. Kehadiran pejabat negara dalam sebuah acara bersama tersangka pembalakan liar dipandang publik sebagai kompromi moral dan hukum. Kondisi itu dikhawatirkan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap janji pemerintahan yang bersih dan berintegritas. Lebih jauh lagi, sikap diam dari Istana dianggap bisa menjadi preseden buruk, seakan-akan memberi sinyal bahwa pejabat publik bebas berhubungan dengan pihak bermasalah tanpa takut sanksi.
Bagi Muslim, kasus domino ini lebih dari sekadar persoalan etika personal. Ia menilai, ketidakberanian Prabowo mengambil tindakan adalah bukti bahwa pengaruh Jokowi masih sangat kuat. Kritik ini memperlihatkan dilema yang dihadapi presiden: di satu sisi, ia ingin membangun citra pemerintahan yang tegas dan berwibawa, tetapi di sisi lain, ia tidak bisa sepenuhnya lepas dari kepentingan politik peninggalan rezim sebelumnya.
Sejumlah pihak menilai jalan keluar dari polemik ini harus segera ditempuh. Salah satu opsi yang bisa dipertimbangkan adalah mengevaluasi posisi Raja Juli, bahkan jika perlu memberhentikannya untuk menjaga marwah pemerintahan. Alternatif lain, sang menteri diminta segera memberikan klarifikasi terbuka kepada publik agar isu ini tidak terus bergulir liar. Di sisi lain, pemerintah juga didesak untuk memperkuat pedoman etik bagi pejabat publik, terutama dalam kaitannya dengan hubungan sosial bersama pihak yang sedang dalam proses hukum.
Kasus Raja Juli Antoni dan Azis Wellang sejatinya bukan sekadar soal permainan domino. Ia berkembang menjadi simbol rapuhnya standar etika pejabat publik dan lemahnya sikap tegas pemerintah.
Kritik Muslim Arbi yang menuding Prabowo takut pada Jokowi memperlihatkan bahwa isu ini memiliki dimensi politik yang jauh lebih dalam. Publik kini menunggu langkah presiden: apakah ia akan berani menegakkan disiplin politik di lingkup kabinet, atau justru membiarkan noda ini menempel di tahun-tahun awal pemerintahannya.