Ketua DPP KNPI Achmad Annama Bicara AI dan Demokrasi di Democracy Youth Summit 2025 Jepang

Ketua DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Bidang Informasi dan Komunikasi, Achmad Annama, menjadi salah satu pembicara dalam forum internasional Democracy Youth Summit 2025 yang digelar di National Olympics Memorial Youth Center, Sangubashi, Tokyo, pada Rabu (20/8/2025).

Annama tampil dalam diskusi panel bertema “AI dan Teknologi” bersama sejumlah tokoh muda dunia, di antaranya Associate Professor Hosei University Lee Shun-shi, CEO Liquitous Hiroyuki Kurimoto, perwakilan Young Diplomats Canada Marie-Chantal Plouffe, serta Jan Palasz dari Polish National Youth Council.

Perwakilan Indonesian National Youth Council (NYC) atau KNPI di bawah kepemimpinan Ketua Umum Tantan Taufik Lubis ini memaparkan pandangan tentang fenomena demokrasi digital, dampak kecerdasan artifisial (AI) terhadap demokrasi, sekaligus tantangan yang akan dihadapi generasi muda di masa depan.

Dalam paparannya, Annama yang juga dikenal sebagai Konsultan Digital Branding dan Aktivis SOKSI ini menegaskan bahwa Indonesia termasuk dalam lima besar negara demokrasi dunia dengan lebih dari 212 juta pengguna internet, dimana 70 persen di antaranya merupakan anak muda berusia di bawah 45 tahun.

Baca juga:  Dua Pabrik Elektronik Jepang Tutup, Bukti Ekonomi Jokowi Bobrok dan tak Meroket

“Kaum muda memanfaatkan demokrasi digital dengan sangat baik. Mereka membuat platform untuk memantau pemilu, seperti KawalPemilu dan JagaSuara. Ada juga literasi digital lewat kultwit, infografis, dan e-book, serta konten kreatif dari influencer yang ikut mencerdaskan politik masyarakat,” jelas Pakar Komunikasi Islam dari STID Sirnarasa Ciamis tersebut.

Annama menekankan bahwa AI membawa dua sisi koin dalam dunia politik dan demokrasi. Di satu sisi, AI mampu membantu politisi maupun partai politik menyampaikan pesan politik dengan lebih sederhana, menerjemahkan isu publik agar mudah dipahami, serta mendorong transparansi dan pendidikan politik.

Namun di sisi lain, AI juga menghadirkan ancaman serius berupa deepfakes, banjir konten politik otomatis, hingga fabrikasi misinformasi, disinformasi, dan malinformasi. “Pada akhirnya masyarakat bisa bingung membedakan fakta dan hoaks,” tegas Ketua DPP Bapera ini.

Baca juga:  PM Jepang ke Indonesia akan Investasi Besar-besaran

Menurut Ketua Departemen MPO DPP Partai Golkar ini, generasi muda harus menjadi garda terdepan dalam memastikan teknologi AI memperkuat, bukan merusak demokrasi.

“Anak muda harus mendorong aturan yang ketat soal penggunaan AI dalam politik, mengajak berkampanye digital yang beretika, serta melawan buzzer politik penyebar hoaks. Teknologi seharusnya memperkuat nilai luhur demokrasi, bukan menggantikannya,” pungkas Annama.

Acara ini berlangsung bilingual dalam bahasa Inggris dan Jepang, serta dihadiri tidak hanya oleh delegasi pemuda dari berbagai negara, tetapi juga mahasiswa Jepang yang ingin memperluas jejaring internasional dan memperdalam pemahaman mereka mengenai isu-isu global terkini.

 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News