Dalam suasana khidmat peringatan Hari Lahir Pancasila, Senin (2/6/2025), Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menginisiasi sebuah pertemuan penting di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri. Acara ini mempertemukan tokoh-tokoh nasional lintas generasi dan latar belakang, termasuk Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka, dan Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno.
Pertemuan yang berlangsung di gedung bersejarah tempat kelahiran dasar negara itu mencerminkan upaya nyata Presiden Prabowo untuk merawat harmoni dan persatuan nasional dalam semangat Pancasila. Meski tanpa pidato resmi dari Presiden Prabowo, kehadiran para tokoh besar bangsa ini menjadi simbol kuat rekonsiliasi dan kesatuan.
Menanggapi pertemuan tersebut, Ketua Umum PPJNA 98, Anto Kusumayuda, menyatakan bahwa momen ini memiliki makna mendalam bagi perjalanan bangsa Indonesia. Ia menyebut pertemuan antara Megawati, Gibran, dan Try Sutrisno dalam satu forum adalah bentuk nyata dari semangat Pancasila yang hidup dan bergerak di antara elite bangsa.
“Kami dari PPJNA 98 memandang pertemuan ini sebagai tanda positif dan bersejarah. Ini bukan sekadar pertemuan protokoler, tetapi simbol keharmonisan lintas generasi dan lintas pemikiran. Pancasila bukan hanya ideologi, tapi jalan perjumpaan antar-anak bangsa,” ujar Anto dalam keterangan persnya, Rabu (4/6/2025).
Menurut Anto, momen ini sekaligus menjawab kerinduan masyarakat terhadap persatuan para tokoh bangsa yang kerap terpecah oleh dinamika politik dan kompetisi elektoral.
Kehadiran Megawati Soekarnoputri dalam acara ini menjadi simbol kesinambungan sejarah Pancasila dari generasi pendiri bangsa. Megawati, yang merupakan putri dari Bung Karno—penggali Pancasila—menyiratkan kedalaman sejarah dalam kehadirannya. Sementara Try Sutrisno, sebagai representasi generasi orde baru yang kemudian turut mengawal reformasi, memberi keseimbangan narasi kebangsaan.
Di sisi lain, Gibran Rakabuming Raka membawa wajah baru generasi muda yang kini menempati posisi strategis di pemerintahan. Ia menunjukkan bahwa Pancasila tidak hanya diwariskan, tetapi harus terus dimaknai ulang oleh generasi saat ini.
Anto Kusumayuda menegaskan bahwa rekonsiliasi simbolik seperti ini sangat penting, terutama setelah polarisasi tajam yang sempat terjadi dalam dua pemilu terakhir. Ia mengatakan, PPJNA 98 melihat pertemuan ini sebagai sinyal kuat bahwa para pemimpin bangsa siap meletakkan kepentingan nasional di atas segala perbedaan politik.
“Kami angkatan 98 tahu rasanya terbelah, tahu rasanya menuntut perubahan, tapi kami juga tahu bahwa perubahan yang sejati hanya bisa lahir dari kesediaan untuk duduk bersama. Hari ini kami melihat itulah yang ditunjukkan oleh para tokoh bangsa kita,” jelas Anto.
Tak bisa dipungkiri, pemilihan lokasi pertemuan di Gedung Pancasila memiliki makna historis yang mendalam. Di tempat inilah pada 1 Juni 1945, Bung Karno menyampaikan pidato yang melahirkan lima sila sebagai dasar negara. Presiden Prabowo dengan cermat memilih tempat ini sebagai lokasi pertemuan, seolah ingin mengingatkan bahwa tantangan masa kini harus dijawab dengan semangat kelahiran bangsa itu sendiri.
Pertemuan Megawati, Gibran, dan Try Sutrisno dalam forum kebangsaan gagasan Presiden Prabowo bukan sekadar simbol. Ia adalah ajakan untuk seluruh elemen bangsa — tua dan muda, elite dan akar rumput — agar kembali menjadikan Pancasila bukan sekadar narasi, tapi arah tindakan bersama. “Pancasila bukan milik siapa pun, tapi tanggung jawab semua,” pungkas Anto Kusumayuda.