Gufroni Jalankan Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Bukan Cecunguk Aguan

Oleh: Rokhmat Widodo, Kader Muhammadiyah Kudus

Ketua Bidang Riset dan Advokasi Publik LBH-AP PP Muhammadiyah, Gufroni, menjadi sorotan. Sebuah tudingan keras muncul, menyebut bahwa Gufroni menjadikan Muhammadiyah sebagai sarang mafia berideologi ekstrem. Pernyataan ini dilontarkan oleh Paman Nurlette. Namun, klaim ini tampaknya tidak hanya tidak berdasar tetapi juga berpotensi menyesatkan persepsi masyarakat.

Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan Islam telah sejak awal berkomitmen untuk menjalankan prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar—mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Gufroni, sebagai bagian dari Muhammadiyah, dengan tegas mengedepankan nilai ini. Ketika ia turun tangan membela nelayan Banten dari tindakan korporasi milik Sugianto Kusuma alias Aguan, sesungguhnya ia sedang menjalankan mandat organisasi untuk menegakkan keadilan.

Keberpihakan pada rakyat kecil, terutama para nelayan yang terancam oleh kekuatan kapital besar, merupakan bagian dari komitmen Muhammadiyah untuk terus berada di garda depan dalam memperjuangkan hak-hak kaum lemah. Gufroni tidak melakukannya dengan motif politik ataupun ambisi pribadi, melainkan sebagai bentuk nyata dari Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang menjadi jantung perjuangan Muhammadiyah.

Baca juga:  Ganti Operator Pada Proyek PIK 2

Tudingan bahwa Gufroni menjadikan Muhammadiyah sebagai sarang mafia ekstrimis mencerminkan ketidakpahaman terhadap misi sosial Muhammadiyah. Tidak ada bukti konkret yang menunjukkan bahwa Gufroni terlibat dalam jaringan ideologi ekstremis. Justru, rekam jejaknya selama ini memperlihatkan keberpihakan pada isu-isu sosial yang relevan dengan konteks perjuangan Muhammadiyah.

Muncul pertanyaan besar: siapa sebenarnya di balik tudingan ini? Apakah ada pihak tertentu yang merasa terusik oleh upaya pembelaan terhadap nelayan? Mengingat bahwa kasus ini melibatkan korporasi besar dengan jaringan kuat, spekulasi tentang motif politik dan kepentingan ekonomi di balik tudingan ini sangat mungkin terjadi.

Pada intinya, yang diperjuangkan oleh Gufroni bukanlah kepentingan pribadi, melainkan keberpihakan kepada masyarakat marjinal. Arogansi korporasi yang merasa bisa menguasai lahan tanpa mempertimbangkan nasib nelayan lokal adalah bentuk ketidakadilan yang harus dilawan. Muhammadiyah, sebagai organisasi yang berakar pada perjuangan moral, tidak boleh tunduk pada tekanan kapital semacam ini.

Baca juga:  Ganti Operator Pada Proyek PIK 2

Gufroni sebagai aktivis Muhammadiyah mengingatkan kita semua akan pentingnya keberanian dalam menghadapi ketidakadilan. Jangan sampai upaya mulia dalam menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar justru dicoreng oleh tudingan tak berdasar dari pihak yang merasa terganggu kepentingannya.

Muhammadiyah harus tetap pada jalur perjuangan, menegakkan kebenaran tanpa gentar terhadap tekanan kekuatan besar. Gufroni bukanlah “cecunguk” korporasi, melainkan pejuang moral yang mewakili keberanian kaum lemah melawan kezaliman.

Sebagai kader Muhammadiyah, saya mengajak seluruh anggota dan simpatisan untuk tetap solid dan teguh pada prinsip dasar organisasi. Jangan biarkan fitnah dan ujaran kebencian melemahkan perjuangan kita. Amar Ma’ruf Nahi Munkar harus terus menjadi pegangan dalam menghadapi segala bentuk ketidakadilan.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News

Artikel Terkait


Baca Juga