Ketua Umum Generasi Cinta Negeri (Gentari), Habib Umar Alhamid, angkat bicara soal polemik yang belakangan mencuat terkait revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI). Ia menilai, banyak pihak yang secara keliru memandang TNI sebagai ancaman karena trauma masa lalu, padahal peran TNI justru sangat dibutuhkan dalam menghadapi kondisi bangsa saat ini.
“UU TNI kelihatannya banyak yang tidak suka karena trauma masa lalu. Masa lalu itu sebenarnya tidak berbahaya, hanya ‘digoreng-goreng’. Dan sekarang ini memang zaman penggorengan isu, terutama oleh pihak-pihak yang menolak dialog dan bersikap apriori terhadap TNI,” ujar Habib Umar dalam keterangannya kepada www.suaranasional.com, Kamis (10/4/2025)
Ia menegaskan bahwa TNI tidak mungkin mencelakai rakyat karena TNI adalah bagian dari rakyat. “TNI lahir dari rahim rakyat. Tidak mungkin mencelakai rakyatnya sendiri. Yang sering dijadikan alasan adalah kesalahan masa lalu, padahal itu pun lebih kepada ulah oknum, bukan institusinya,” tegasnya.
Habib Umar juga menyebut bahwa UU TNI sesungguhnya tidak mengandung hal-hal yang buruk, bahkan sangat baik untuk masa depan bangsa. Dalam konteks saat ini, menurutnya, bangsa Indonesia menghadapi tantangan besar dari kekuatan oligarki dan mafia yang telah menggerogoti berbagai sektor strategis negara.
Peran TNI dalam Stabilitas dan Reformasi
Mengutip contoh seperti Pertamina, Habib Umar menilai bahwa sektor-sektor vital negara masih dipenuhi oleh praktik korupsi dan ketidakbecusan birokrasi sipil. Ia pun menyatakan pentingnya keterlibatan TNI dalam rangka perbaikan dan pengamanan sektor-sektor tersebut.
“Sipil itu banyak yang korup. Untuk memperbaiki dan mengamankan, salah satu caranya ya dengan menempatkan TNI. Bukan berarti menggantikan peran sipil, tapi mendampingi sementara waktu. Karena faktanya, sipil belum bisa berbuat baik sepenuhnya,” ujarnya.
Menurutnya, revisi UU TNI dapat menjadi jalan keluar untuk memperkuat ketahanan nasional. Ia juga menegaskan pentingnya tidak mengadu domba rakyat dengan TNI.
“TNI bisa diajak berdialog. Tidak ada alasan untuk memusuhi mereka. TNI adalah rakyat, dan rakyat adalah TNI. Jangan mau kita diadu domba oleh narasi-narasi negatif,” ucap Habib Umar.
Lebih lanjut, Habib Umar menyebut TNI sebagai “kekuatan terakhir” yang bisa diandalkan untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan negara. Di tengah derasnya infiltrasi kekuatan oligarki dan mafia, TNI dianggap sebagai institusi yang masih memiliki integritas dan kekuatan untuk menghadapi mereka.
“Kita minta negara ini diamankan sementara oleh TNI. Jangan dulu kita menyalahkan siapa-siapa. Kita fokus pada bagaimana menjaga negara ini dari kehancuran. Dan TNI adalah kekuatan terakhir yang kita punya,” katanya.