Lawan Bahrain, Timnas di Bawah Pelatih Kluivert akan Kalah

Oleh: Rokhmat Widodo, Pemerhati bola

Kekalahan telak 5-1 dari Australia menjadi bukti nyata bahwa Timnas Indonesia mengalami kemunduran sejak ditangani oleh Patrick Kluivert. Kekalahan ini tidak hanya mencoreng nama baik sepak bola Indonesia, tetapi juga memperlihatkan betapa buruknya strategi dan persiapan tim. Menghadapi Bahrain di Gelora Bung Karno, Selasa, 25 Maret 2025 tim yang lebih disiplin dan terorganisir, Indonesia berisiko kembali menelan kekalahan.

Apakah Kluivert benar-benar sosok yang tepat untuk membawa Timnas ke level lebih tinggi? Ataukah kehadirannya justru menjadi bencana bagi perkembangan sepak bola Indonesia?

Salah satu faktor utama yang membuat Indonesia kalah telak dari Australia adalah taktik yang tidak efektif. Kluivert tampaknya masih belum memahami karakter permainan Indonesia dan kelemahan timnya sendiri.

Dalam pertandingan melawan Australia, Kluivert menerapkan strategi menyerang secara terbuka. Keputusan ini menjadi bumerang karena lini belakang Indonesia tidak cukup solid untuk menghadapi serangan balik lawan. Para pemain Australia dengan mudah menembus pertahanan Indonesia yang terlalu longgar.

Pemain timnas mengalami kesulitan besar dalam menghadapi permainan fisik dan cepat dari para penyerang Australia. Tidak ada koordinasi yang baik antara bek dan gelandang bertahan, sehingga banyak ruang kosong yang bisa dieksploitasi oleh lawan.

Salah satu hal yang membedakan pelatih hebat dengan pelatih biasa adalah kemampuannya dalam membaca permainan dan melakukan perubahan strategi di tengah laga. Sayangnya, Kluivert gagal dalam hal ini. Saat Indonesia tertinggal, tidak ada perubahan signifikan dalam taktik. Tim terus bermain dengan cara yang sama, yang justru semakin memperburuk keadaan.

Jika melihat kualitas lawan berikutnya, Bahrain bukanlah tim yang bisa dianggap remeh. Mereka memiliki karakter permainan yang berbeda dengan Australia, tetapi tetap menjadi ancaman besar bagi Indonesia.

Berbeda dengan Australia yang mengandalkan fisik dan bola-bola panjang, Bahrain lebih mengedepankan organisasi permainan yang rapi. Mereka tidak terburu-buru menyerang, tetapi menunggu momen yang tepat untuk mengeksploitasi kelemahan lawan.

Salah satu keunggulan Bahrain adalah kecepatan dalam melakukan serangan balik. Jika Indonesia masih bermain terlalu terbuka seperti saat melawan Australia, Bahrain bisa dengan mudah menghukum lini pertahanan yang rapuh.

Bahrain juga memiliki mentalitas bertanding yang lebih baik. Mereka tidak akan panik meskipun tertinggal dan akan tetap bermain dengan disiplin hingga menit terakhir. Hal ini berbeda dengan Timnas Indonesia yang kerap kehilangan fokus setelah kebobolan.

Setelah kekalahan memalukan dari Australia, publik sepak bola Indonesia tentu berharap ada perbaikan dalam laga melawan Bahrain. Namun, pertanyaannya: apakah Kluivert mampu melakukan perubahan dalam waktu singkat?

Sejauh ini, belum ada indikasi bahwa Kluivert memiliki solusi konkret untuk mengatasi masalah yang ada. Jika ia tetap memaksakan taktik yang sama, Indonesia kemungkinan besar akan kembali kalah. Bahkan, jika tidak ada perbaikan, kekalahan dengan skor besar bisa terulang.

Penunjukan Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia sejak awal sudah mengundang banyak pertanyaan. Meski memiliki nama besar sebagai pemain, rekam jejak Kluivert sebagai pelatih jauh dari mengesankan.

Sebelum menangani Indonesia, Kluivert lebih banyak berperan sebagai asisten pelatih atau pelatih di level junior. Pengalamannya sebagai pelatih kepala di klub atau tim nasional sangat terbatas.

Sepak bola Indonesia lebih cocok dengan pelatih yang memahami permainan cepat dan kolektif, seperti yang diterapkan oleh Shin Tae-yong. Kluivert, dengan pendekatan taktik yang lebih ke arah Eropa Barat, tampaknya kurang cocok dengan karakter pemain Indonesia.

Salah satu keunggulan Shin Tae-yong adalah pengalamannya melatih tim-tim Asia, sehingga ia memahami bagaimana menghadapi tim-tim seperti Bahrain, Australia, dan Jepang. Sebaliknya, Kluivert tampaknya masih buta terhadap dinamika sepak bola Asia.

Jika tidak ada perubahan signifikan dalam strategi dan pendekatan permainan, Indonesia berisiko mengalami kekalahan lagi saat menghadapi Bahrain.

Apabila Kluivert tetap menerapkan serangan terbuka tanpa memperbaiki pertahanan, Bahrain bisa menghukum Indonesia dengan serangan balik cepat.

Jika tidak ada perubahan dalam mentalitas bertanding, Indonesia akan kesulitan menghadapi tekanan saat tertinggal.

Jika Kluivert gagal membaca permainan lawan dan tidak melakukan adaptasi, Bahrain akan dengan mudah mengeksploitasi kelemahan Indonesia.

PSSI harus segera mengevaluasi keputusan mereka dalam menunjuk Kluivert. Jika hasil buruk terus berlanjut, bukan tidak mungkin Indonesia akan semakin tertinggal dari negara-negara lain di Asia.

Laga melawan Bahrain akan menjadi ujian besar bagi Kluivert. Jika ia gagal menunjukkan perbaikan, desakan untuk menggantinya pasti akan semakin besar.

 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News