Oleh: Anto Kusumayuda, Ketua Umum PPJNA 98
Daya Anagata Nusantara (Danantara) sebagai kekuatan ekonomi dunia merupakan sebuah konsep yang tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga sangat relevan dalam konteks perkembangan ekonomi global saat ini. Sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia menyimpan potensi luar biasa yang dapat dimanfaatkan untuk mendongkrak perekonomian, baik di tingkat domestik maupun internasional. Danantara bukan hanya sekadar istilah, melainkan sebuah representasi dari kekayaan sumber daya yang ada serta keragaman budaya yang dapat menjadi daya tarik tersendiri.
Danantara Super Holding merupakan inisiatif strategis dalam pengelolaan BUMN yang bertujuan meningkatkan efisiensi, daya saing, dan nilai ekonomi perusahaan-perusahaan negara. Model super holding ini meniru keberhasilan entitas serupa seperti Temasek Holdings (Singapura) dan Khazanah Nasional (Malaysia).
Salah satu dampak terbesar dari super holding adalah menghilangkan redundansi operasional (duplikasi atau tumpang tindih dalam fungsi, proses, atau sumber daya dalam suatu organisasi, sehingga menyebabkan pemborosan dan inefisiensi). Saat ini, terdapat banyak BUMN yang memiliki fungsi serupa tetapi beroperasi secara independen, yang mengarah pada pemborosan sumber daya. Contoh Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN memiliki produk serupa dan sering bersaing untuk pelanggan yang sama. Dengan holding, strategi mereka dapat lebih terkoordinasi, misalnya dengan mengalokasikan fokus segmen pelanggan yang berbeda (BRI untuk UMKM, Mandiri untuk korporasi, dll.).
BUMN konstruksi seperti WIKA, Hutama Karya, dan PTPP sering kali bersaing mendapatkan proyek yang sama. Dengan adanya super holding, tender bisa dikoordinasikan untuk menghindari persaingan antar-BUMN. Dengan menghilangkan duplikasi ini, perusahaan bisa lebih fokus dalam spesialisasi masing-masing dan meningkatkan efisiensi operasional.
Super holding ini juga bisa memastikan pengelolaan aset BUMN yang lebih efisien. Saat ini, banyak BUMN memiliki aset besar tetapi tidak dimanfaatkan secara maksimal, baik dalam bentuk properti, lahan, maupun infrastruktur. Contoh: Pelindo (pelabuhan) dan ASDP (penyeberangan) bisa dikelola lebih terintegrasi agar lebih efisien dalam logistik maritim. Perusahaan-perusahaan tambang seperti Antam, PTBA, dan Inalum bisa mengoptimalkan rantai pasok dan produksi sehingga tidak ada kelebihan kapasitas atau inefisiensi logistik. Dengan adanya super holding, aset-aset ini bisa dikelola secara strategis agar memberikan nilai tambah maksimal
Super holding memungkinkan Indonesia memiliki perusahaan sekelas Saudi Aramco, Sinopec, atau Alibaba, yang dapat menjadi pemain utama dalam pasar global. Konsolidasi juga bisa mempercepat ekspansi bisnis BUMN ke luar negeri.
Danantara dapat menarik lebih banyak investasi asing dan domestik, sekaligus meningkatkan peringkat kreditnya di pasar keuangan. Dengan aset triliunan rupiah, Danantara bisa mengakses pinjaman dengan bunga lebih rendah dan meningkatkan likuiditas keuangan.
Pembentukan Danantara Super Holding adalah langkah ambisius yang bisa mengantarkan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi global jika dikelola dengan benar. Dengan aset besar, sinergi kuat antar-BUMN, dan manajemen profesional, holding ini bisa meningkatkan daya saing Indonesia dalam skala internasional.