Oleh: Rokhmat Widodo, Pendidik di SMK Luqmanul Hakim Kudus dan Kader Muhammadiyah Kudus
Muhammadiyah menempatkan dua kadernya mengurusi pendidikan di Pemerintahan Prabowo Subianto. Brian Yuliarto menjadi Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek). Dia Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Cibeunying Kaler Kota Bandung (2023-2027) dan Ketua Lembaga Kajian Kerja Sama Strategis Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat (2023-2027). Dosen ITB ini menggantikan Satryo Soemantri Brodjonegoro.
Kader Muhamadiyah lainnya Abdul Mu’ti yang dikasih Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen). Saat ini pria kelahiran Kudus 2 September 1968 ini menjadi Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2022-2027.
Keduanya tidak hanya dikenal sebagai kader Muhammadiyah yang aktif, tetapi juga memiliki visi dan misi yang jelas dalam mengembangkan sistem pendidikan di Indonesia. Dengan latar belakang yang kuat dan pengalaman yang mumpuni, mereka dipandang sebagai harapan baru untuk merespon tantangan pendidikan di era modern ini.
Brian yang berpengalaman mengajar di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan jaringan internasional mampu mentransformasi pendidikan tinggi di Indonesia agar lebih relevan dengan kebutuhan zaman. Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, Brian berkomitmen untuk mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran. Ia percaya bahwa pendidikan tinggi harus mampu mengadaptasi perubahan dan mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan globalisasi serta revolusi industri 4.0. Dalam pandangannya, teknologi bukanlah lawan, melainkan alat yang dapat mempermudah dan memperkaya proses belajar mengajar.
Abdul Mu’ti memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan pendidikan dasar dan menengah di Indonesia berkualitas. Dengan fokus pada pendidikan yang inklusif dan merata, Abdul Mu’ti berupaya untuk mengurangi kesenjangan akses pendidikan di berbagai daerah, terutama di daerah terpencil. Ia menekankan pentingnya pendidikan karakter dan nilai-nilai moral bagi generasi muda, yang sejalan dengan filosofi Muhammadiyah tentang pembentukan insan yang berakhlak mulia.
Kedua menteri ini membawa semangat Muhammadiyah dalam menjalankan tugas mereka. Muhammadiyah sebagai organisasi yang berkomitmen pada pendidikan dan dakwah telah melahirkan banyak pemikir dan pelopor dalam bidang pendidikan. Melalui visi yang diusung oleh Brian Yuliarto dan Abdul Mu’ti, mereka berusaha untuk mewujudkan cita-cita Muhammadiyah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh pemerintah saat ini adalah kesenjangan pendidikan yang masih terlihat di berbagai daerah. Di kota-kota besar, akses terhadap pendidikan berkualitas bisa dibilang cukup baik, namun di wilayah pedesaan dan daerah terpencil, kondisi tersebut masih jauh dari harapan. Abdul Mu’ti memahami betul dilema ini dan berkomitmen untuk melakukan berbagai inovasi guna mengatasi masalah tersebut. Program-program yang melibatkan masyarakat dan guru setempat menjadi salah satu strategi yang diandalkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah terpencil.
Selain itu, Brian Yuliarto juga mengedepankan pentingnya pendidikan tinggi dengan kurikulum yang inovatif. Ia berupaya agar para dosen di Indonesia tidak hanya menjadi penyampai informasi, tetapi juga menjadi fasilitator yang mampu mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Dalam hal ini, pelatihan berkelanjutan bagi dosen menjadi fokus utama. Melalui program-program pelatihan, para dosen dapat meningkatkan kompetensi mereka dan lebih siap menghadapi tantangan di kelas.
Sinergi antara Brian Yuliarto dan Abdul Mu’ti juga sangat penting dalam membangun sistem pendidikan Indonesia yang utuh. Keduanya memiliki pemahaman yang sama bahwa pendidikan tidak bisa dipisahkan antara pendidikan dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi. Oleh karena itu, kolaborasi antara kedua kementerian ini menjadi sangat krusial agar setiap level pendidikan saling mendukung dan memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan anak didik.
Dalam konteks global, Brian dan Abdul juga menyadari bahwa pendidikan di Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara lain. Oleh karena itu, mereka berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang akan menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki keterampilan yang diperlukan di dunia kerja. Hal ini mencakup pengembangan soft skills dan hard skills yang seimbang, sehingga para pelajar di Indonesia dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat global.
Tentu saja, perjalanan untuk mewujudkan visi dan misi tersebut tidaklah mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai dari pendanaan, infrastruktur pendidikan, hingga sistem evaluasi yang baik. Namun, dengan semangat yang diusung oleh Muhammadiyah dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat dan dunia usaha, Brian Yuliarto dan Abdul Mu’ti optimis bahwa pendidikan di Indonesia akan mengalami kemajuan yang signifikan.
Keduanya juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berperan aktif dalam proses pendidikan. Mereka percaya bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, kerjasama antara sekolah, masyarakat, dan orang tua sangatlah penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak-anak.
Dengan segala upaya dan komitmen yang ditunjukkan oleh Brian Yuliarto dan Abdul Mu’ti, harapan untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik di Indonesia semakin terlihat. Melalui pemikiran yang inovatif, kolaborasi yang solid, serta semangat untuk terus belajar dan berkembang, mereka berdua siap menghadapi tantangan dan menjawab kebutuhan pendidikan di era modern ini. Semoga, langkah-langkah yang diambil oleh kedua menteri ini dapat memberikan dampak positif bagi masa depan pendidikan di Indonesia, serta menciptakan generasi penerus yang unggul, berkarakter, dan siap bersaing di kancah global.