Oleh: Rokhmat Widodo, Kader Muhammadiyah Kudus
Ada dua Iqbal alumni Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang berkiprah di tingkat nasional dan global. Iqbal pertama bernama lengkap Lalu Muhammad Iqbal, alumni HI UMY 1991. Berkarier di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) sejak 1998. Ia merupakan alumni HI UMY yang pertama menembus persaingan ketat di Kemenlu.
Berbagai tugas pernah diembannya di antaranya pada tahun 2001-2005, ia bertugas sebagai Sekretaris Ketiga Kasubid Pensosbud/Konsuler di KBRI Bucharest, Rumania. Pada tahun 2006-2008, Iqbal menjabat sebagai Kepala Seksi Kejahatan Terorganisir Lintas Negara pada Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata, Direktorat Jenderal Kerja Sama Multilateral, Kementerian Luar Negeri RI.
Tahun 2008-2012, Iqbal ditugaskan di KBRI/PTRI Wina di Austria sebagai Counsellor pada fungsi politik. Tahun 2012-2014, ia menjabat sebagai Kepala Subdit di Direktorat Perlindungan WNI dan BHI. Setelah bertugas di direktorat tersebut selama empat tahun, pada tahun 2016 ia secara resmi diangkat sebagai direktur pada Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia. Putra kelahiran NTB 10 Juli 1972 pernah menjadi Dubes di Turki masa jabatan 7 Januari 2019 – 26 Juni 2023.
Pria kelahiran 10 Juli 1972 di Praya, Lombok Tengah menangani berbagai kasus penting, termasuk evakuasi WNI dari Nepal, Yaman, dan Suriah pada tahun 2015, serta pemulangan TKI dari Arab Saudi dan Malaysia. Ia juga terlibat dalam penanganan kasus pekerja migran Indonesia seperti Walfrida Soik dan Satinah, serta pembebasan WNI yang disandera di Filipina antara tahun 2016 hingga 2018.
Perjalanan karier Iqbal menunjukkan dedikasinya dalam melindungi kepentingan Indonesia dan warganya, baik di dalam maupun luar negeri. Pengalamannya dalam diplomasi internasional memberikan perspektif global yang berharga, terutama dalam menjalin hubungan dengan negara lain dan menangani isu-isu kompleks yang melibatkan WNI di luar negeri.
Iqbal pun menyatakan mengundurkan dari PNS di Kemenlu dan menjadi calon Gubernur NTB 2024. Ia berhadapan dengan petahana Zulkiflimansyah. Pada awalnya, banyak yang meragukan Iqbal bisa meraih kemenangan di Pilkada NTB 2024. Namun berkat kerja keras, dan doa, Iqbal berhasil memenangkan Pilkada NTB.
Sebagai Gubernur NTB terpilih, Iqbal diharapkan dapat menerapkan pengalaman internasionalnya untuk memajukan provinsi tersebut. Fokusnya kemungkinan akan mencakup peningkatan investasi asing, pengembangan pariwisata berkelanjutan, dan peningkatan kualitas pendidikan serta sumber daya manusia di NTB. Kemenangannya juga mencerminkan kepercayaan masyarakat NTB terhadap kepemimpinannya yang visioner dan berorientasi pada hasil.
Secara keseluruhan, kiprah Lalu Muhammad Iqbal mencerminkan komitmen kuat terhadap pelayanan publik dan kemampuan adaptasi yang tinggi dalam berbagai peran, dari diplomasi internasional hingga kepemimpinan regional.
Sedangkan Iqbal kedua nama lengkapnya Iqbal Shoffan Shofwan yang baru saja dilantik menjadi Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag). Bagi seorang birokrat karir, posisi Iqbal sudah mencapai puncak tertinggi Eselon 1. Alumni HI UMY 97 ini berkarir di Kementerian Perdagangan (Kemendag). Ia perrnah menjabat di luar negeri yaitu Konsul Perdagangan di Hong Kong, Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi di Taipei.
Pria kelahiran Payakumbuh, Sumatera Barat 18 Oktober 1978 memiliki rekam jejak yang kuat dalam diplomasi ekonomi dan pengelolaan perdagangan. Latar belakang akademiknya di bidang hubungan internasional dan pengalaman panjangnya dalam sektor perdagangan, baik nasional maupun global, menjadikannya salah satu figur kunci dalam kebijakan perdagangan Indonesia.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi Iqbal Shoffan sebagai Dirjen Perdagangan Dalam Negeri adalah pengendalian harga barang kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, dan gula. Ia menerapkan berbagai kebijakan untuk memastikan harga tetap stabil dan tidak membebani masyarakat.
Iqbal memerintahkan pemasangan spanduk informasi HET di pasar-pasar rakyat dan pengecer untuk mencegah spekulasi harga yang dapat merugikan konsumen.
Mengingat polemik harga minyak goreng yang sering melonjak, ia berupaya meningkatkan transparansi dalam distribusi dan memastikan stok tersedia di berbagai daerah, terutama di luar Jawa yang sering mengalami kelangkaan.
Untuk memastikan rantai pasok berjalan efektif, Iqbal mendukung digitalisasi dalam sistem distribusi bahan pokok. Langkah ini memungkinkan pemerintah untuk memantau alur barang dari produsen hingga konsumen akhir guna mencegah kelangkaan dan spekulasi.
Iqbal juga menaruh perhatian besar pada pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia. Ia mempermudah akses UMKM untuk mendapatkan sertifikasi halal, Standar Nasional Indonesia (SNI), serta izin edar dari BPOM agar lebih mudah masuk ke pasar nasional dan ekspor.
Dengan pesatnya pertumbuhan e-commerce, ia mendorong UMKM untuk memanfaatkan platform digital guna memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan daya saing dengan produk-produk impor.
Iqbal berusaha menyederhanakan regulasi perdagangan dalam negeri agar lebih fleksibel dan responsif terhadap dinamika pasar. Salah satu langkahnya adalah revisi aturan perdagangan yang berbelit agar lebih ramah bagi pelaku usaha di antaranya penyederhanaan perizinan usaha perdagangan melalui sistem OSS (Online Single Submission) dan penyesuaian kebijakan impor dan ekspor untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk asing dalam sektor-sektor strategis.
Di laman resmi UMY, Iqbal mengakui peran yang cukup besar dari kampus saat masih belajar di HI UMY dalam pembentukan karakter dan karir selama ini. Ia juga berpesan kepada mahasiswa yang berkuliah di UMY untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan bahasa asing secara baik.
Semoga kedua tokoh alumni HI UMY menjadi semangat bagi generasi muda untuk meraih karier yang dicita-citakan.