Oleh: Ahmad Khozinudin, S.H, Advokat, [Koordinator Tim Advokasi Melawan Oligarki Rakus Perampas Tanah Rakyat/ TA-MOR PTR]
Kalau mau tahu ada apa dibalik pagar laut PIK-2, cek peta BPN. Cek, lokasi bibir pantai dan laut, sudah banyak terbit sertifikat atas nama Alibaba AGUAN, seperti Ghozali (ENGCUN) dengan dalih tanah yang terkena abrasi.
Terbitnya alas hak untuk Alibaba AGUAN di lokasi pantai dan laut, itu kerjasama dengan kepala desa dan aparat desa. Alasnya, dicarikan girik-girik bodong, girik yang sudah tidak berlaku, girik-girik dari lokasi lain, yang seolah lokasinya ada di pantai dan laut.
Girik-girik itulah, yang ditingkatkan menjadi sertifikat. Dalihnya jual beli. Setelah terbit Sertifikat, lokasi itu dipagari. Selanjutnya, direklamasi untuk kebutuhan industri properti.
Tanah hasil jarahan/rampasan pantai dan laut ini tidak langsung dibeli PIK-2. Dicuci dulu sampai bersih, sehingga seolah-olah PIK-2 pembeli beritikad baik. Kalau ada masalah, itu mafia diluar PIK-2. Padahal, seluruh tanah hasil rampasan ditadah oleh PIK-2.
Jangan heran pula, tindakan pemerintah hanya menyegel bermodal spanduk. Tindakan, yang bisa dilakukan oleh tukang sablon.
Karena itu, hanya untuk meredam kemarahan rakyat. Pemerintah tak berani membongkar dan menangkap pelakunya. Karena di level atas, para bekingan Aguan sedang sibuk-sibuknya bekerja membela.
Jangan heran pula, pemerintah memberikan waktu 20 hari. Waktu bagi Aguan, untuk mempersiapkan strategi kabur dari masalah.
Mulanya, mau kabur dengan dalih itu pagar laut dibikin swadaya masyarakat. Tetapi, ini mirip logika maling ketangkap basah.
Kita tunggu saja, ALIBI selanjutnya apa. Apakah, negara masih dalam kendali NKRI atau sudah sepenuhnya menjadi NKRA (Negara Kesatuan Republik Aguan).
Kita, harus membangun kecerdasan untuk melawan AGUAN dan ANTHONY SALIM. Bukan sekedar otot. Kerja otot, mudah dipatahkan oleh Aguan dan jongosnya. Mengunakan aparat, dengan modus kriminalisasi.
Kebenaran harus disuarakan oleh keberanian dan kecerdasan rakyat. Seluruh rakyat, wajib bersuara. Jangan berharap pada aparat yang sudah makan uang Aguan.
Para Buzer Aguan terus menggonggong karena masih disuplai tulang. Saat tulang tak dilemparkan, mereka akan diam dan sibuk membela diri. Tak lagi membela Aguan. [].