Gugurkan Kandunganmu! Hamil di Luar Nikah

Oleh: Ir. KPH. Adipati, Bagas Pujilaksono Widyakanigara Hamengkunegara, M. Sc., Lic. Eng., Ph.D. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Seniman/Budayawan Yogyakarta

Gugurkan kandunganmu, hamil di luar nikah. Ini memalukan dan mencemarkan nama keluarga! Loh kenapa yang diteror wanitanya? atau sang korban?..Bukannya si bandot bajingan tengik, yang adalah anak laki-lakinya?!

Once upon a time, ada kerajaan di pulau Nusakambangan, dengan rajanya bernama Prabu Pulébahas. Prabu Pulébahas punya tiga putera-puteri dari si Èblèk Garwa Padmi: laki-laki-perempuan-laki-laki, sendhang kapit pancuran.

Ketiga putera-puterinya berperilaku kriminal, persis dengan Prabu Pulébahas.

Di masalalu, Prabu Pulébahas pernah menginginkan puteri Raja Pasirluhur, yang bernama Purbasari, walau sudah punya si Èblèk garwa padmi. Namun gagal, kalah bersaing dengan Lutung Kesarung.

Katanya Raja Jawa?

Putera bungsu Prabu Pulébahas bernama Pangeran Kuisong. Putera sulungnya wajahnya liyer-liyer, dasar tukang ngepil dan mendem.

Pangeran Kuisong, kuliah di negara sebrang, karena tidak diterima kuliah di kampus ternama di pulau Nusakambangan. Dasar cah pekok. Ketiga anak Prabu Pulébahas, goblog bin pandir.

Di negara sebrang, Pangeran Kuisong ketemu gadis pujaan yang bernama Felicitra Tebong, teman kuliah satu kampus.

Pangeran Kuisong dan Felicitra Tebong, berpacaran, dan pacarannya masuk wilayah kelas berat, bukan hanya sekwilda, namun lebih jauh yaitu esek-esek yang lain. Ora golèk dalan padhang, malah dhemen golèk dalan bayi. Dasar Genjik, anak cèlèng,!!.

Ringkas cerita, Felicitra Tebong hamil di luar nikah dengan Pangeran Kuisong.

Sebuah kehamilan yang tidak dikehendaki dan diharapkan dari keluara besar Nusakambangan. Ibu Permaisuri Èblèk marah besar.

Dipanggilah Tebong ke Nusakambangan, dimarah-marahi habis-habisan. Seolah, kejadian ini penuh kesalahan Tebong. Padahal anak laki-lakinya yang kurang ajar dan biadab. Tebong adalah korban.

Dipaksalah Tebong untuk menggugurkan kandungannya. Semula Tebong menolak dan minta pertanggung-jawaban Kuisong. Namun karena rayuan teror Permaisuri Èblèk Sepur, akhirnya Tebong hanya bisa pasrah, kandungan umur 3 bulan digugurkan di Klinik Bersalin Korban Laki-laki di negaranya.

Kuisong yang raut wajahnya pésok, ternyata tukang tipu dan bejat moral, persis bapaknya. Kacang apa ya arep ninggal lanjaran.?

Setelah kandungan digugurkan, Tebong merasa bersalah, terutama jika bertemu ayahandanya. Sudah tidak kuat, akhirnya Tebong jujur bicara dengan ayahandanya. Nasi sudah menjadi bubur, ayahandanya tidah marah. Hanya menanyakan aborsinya dimana? Apa ada surat resmi dari dokter? Tebong ceritakan semuanya apa adanya. Ayahanda Tebong berkata, surat aborsi itu bisa menjadi Bom Waktu. Bila saatnya tiba, diviralkan.

Pasca pengguran kandungan Tebong, Kuisong perlahan namun pasti, menjauhi Tebong dan akhirnya menghilang. Dasar anak Gentho.

Lama tidak ada komunikasi, tiba-tiba ada pemberitaan, Kuisong menikah dengan Erdiana Gadhulmu yang konon bau Kètèknya menyengat. Sebuah perayaan pernikahan yang meriah dan mewah, bernuansa politik. Wajah innocent Kuisong, tebar-tebar pesona, soalah paling cakep seantero jagad. Wajah pésok, gigi tonggos bawah, buta Cakil.

Hati Tebong hancur lebur melihat fakta tersebut, antara percaya dan tidak. Berusaha tegar dan bersabar.

Hanya satu hal yang tersisa, Tebong yakini, yaitu karma pasti datang.

Perintah Permaisuri Èblèk Sepur untuk menggugurkan kandungan, adalah kriminal, dan bukti aborsi dari Rumah Sakit, someday, akan menjadi Bom Waktu, meluluh lantakan Permaisuri Èblèk Sepur khususnya, keluarga Kerajaan Nusakambangan umumnya.

Penting, Prabu Pulébahas bukan hanya penjahat kemanusiaan, namun juga penjahat kelamin. Dengan lembu petengnya, Pulébahas beranak-pinak, dan wanita lembu peteng itu sekarang tinggal di Pacitan. Taruhlah namanya Gothil atau Prengil. Teganya…teganya…!

Info A1, anak sulung Prabu Pulébahas, yang wajahnya liyer-liyer dan pekok itu, ternyata bukan anak kandung Pulébahas dan Èblèk Sepur. Genjat-genjot lakang, sambil memalsu dokumen ijazah, Èblèk Sepur tidak hamil-hamil. Pusaka Tambah Jiwa milik Pulébahas mejen. Untuk pancingan, istilah Jawa, katanya Raja Jawa?????, diangkatlah jabang bayi laki-laki. Jabang bayi laki-laki itu diberi nama Pangeran Gabrul Sufafu, tumbuh kembang jadi sosok pekok, hobinya _ngepil dan mendem_, hanya lulusan SMP.

Dalam buku Babat Tanah Nusakambangan, Prabu Pulébahas mempunyai nama trivial MulGenjik.

Cerita fiksi adanya hanya di tempat tidur saat mimpi, sambil menthil.

Ruwet…ruwet…

Karma pasti datang..!!.

Yogyakarta, 2025-01-02
BPW. Hamengkunegara

Simak berita dan artikel lainnya di Google News