Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H, Advokat, Koordinator Tim Advokasi Melawan Oligarki Rakus Perampas Tanah Rakyat (TA-MOR-PTR)
Besok (Kamis, 26/12), sedianya penulis hadir sebagai salah satu narasumber dalam agenda Silaturahmi Masyarakat Pantura Dalam Rangka Menyikapi Proyek PSN PIK-2. Acara yang digagas Yayasan Gempar Nusantara Raya ini akan dilaksanakan di RM Bambu Oju Neglasari, Kota Tangerang Banten.
Namun, pihak panitia melalui Rukyat Idris menelpon penulis, ingin bertemu untuk menyampaikan permohonan maaf karena ada penyesuaian agenda. Berdasarkan masukan Para tokoh dan pinisepuh Banten, agenda sebaiknya dilaksanakan secara mandiri dan untuk sementara tidak melibatkan penulis yang saat ini sedang mewakili penggugat bersengketa dengan AGUAN di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Penulis sampaikan, tak perlu bertemu dan cukup via telepon. Penulis sependapat dengan pandangan itu. Agar agenda yang terkait aspirasi masyarakat Banten khususnya masyarakat Pantura, murni dari kehendak masyarakat Banten sendiri. Untuk menghilangkan kesan dan anggapan, seolah ada gerakan terorganisir untuk menyampaikan aspirasi masyarakat Banten, yang dipengaruhi oleh eksternal.
Sampai hari ini, sejumlah aspirasi rakyat Banten baik dalam bentuk video pernyataan, aksi demonstrasi, kunjungan audiensi, kegiatan musyawarah masal rakyat Banten memang marak dilakukan dan terus bergulir. Bahkan, dalam waktu dekat akan ada Kongres Rakyat Banten, yang isinya juga tidak lain menyampaikan aspirasi atas berbagai dampak negatif proyek PIK-2 milik Aguan & Anthony Salim.
Dalam tataran Ulama, K.H. Embay Mulya Syarief juga sudah bersuara, mempersoalkan batasan wilayah PSN PIK-2 yang tak jelas. Beliau mengkhawatirkan terjadi konflik horizontal ditengah masyarakat yang bernuansa etnik.
Bahkan, Nelayan pun turut bersuara langsung. Baru saja, beredar video di GWA wawancara Nelayan korban pagar laut PIK-2, yang tidak leluasa mencari Ikan. Saat ikan bergerak ke pinggiran, Nelayan tidak bisa menangkap ke pinggiran karena terhalang pagar laut yang dibuat PIK-2.
Makanya agak aneh, jika masih ada yang berpihak kepada PIK-2, berpihak kepada AGUAN. Dipastikan, pihak yang membela Aguan adalah salah satu dari beberapa orang dengan jenis sebagai berikut:
Pertama, Karyawan PIK-2, baik di level direksi atau bawahan. Mereka, sebenarnya bukan membela AGUAN melainkan membela pekerjaannya. Namun sayang, hanya karena pekerjaan rela berbuat tega, melihat kesengsaraan dan penindasan yang menimpa Rakyat Banten akibat proyek PIK-2.
Kedua, orang yang dibayar untuk tugas tertentu membela AGUAN, baik sebagai konsultan hukum, konsultan media, konsultan PR, Buzer dan influencer. Orang semacam ini, menggonggong karena diberi tulang. Kalau tidak ada tulang, niscaya diam.
Ketiga, orang yang selama ini memang dipelihara dan rutin mendapat tulang dari AGUAN, baik pejabat, aparat, ASN, hingga preman. Hidupnya memang dari tulang AGUAN, jadi wajar menyalak dan menggonggong untuk melindungi Aguan.
Keempat, orang yang gila, atau setidaknya otaknya sedang terganggu. Sehingga tega menari diatas luka, kesengsaraan dan penindasan yang menimpa Rakyat Banten akibat proyek PIK-2.
Empat jenis makhluk inilah, yang saat ini membabi buta membela PIK-2 milik AGUAN & Anthony Salim. Mereka lupa, jika rakyat Banten sudah marah, Aguan bisa mudah kabur ke China, Singapura, Amerika dan Australia. Sementara empat jenis makhluk ini, akan tetap di Indonesia dan menjadi sasaran amukan kemarahan rakyat Banten.
Rakyat Banten harus yakin, pasti menang. Kita semua, memiliki Allah SWT yang pasti menolong hamba-Nya yang terzalimi. Karena itu, segenap rakyat Banten wajib bersatu.
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu barisan, seakan-akan mereka suatu bangunan yang tersusun kukuh. Ayat ini menyatakan bahwa Allah suka kepada orang-orang yang berjihad dalam barisan yang teratur.” [QS: Ash Shaf: 4].