Oleh: Abu Daud
Dalam sebuah organisasi atau lembaga, proses pembuatan keputusan biasanya memiliki mekanisme yang ketat, agar keputusan yang dibuat tepat dan memiliki dampak positif bagi lembaga. Mekanisme yang ketat ini kadang juga terlalu berbelit-belit sehingga terjadi penundaan yang lama dalam pengambilan keputusan. Ini juga tidak baik dan sehat bagi lembaga. Ada beberapa hal yang urgent perlu diambil tindakan segera, makanya diperlukan seorang leader untuk mengambil alih dan membuat keputusan yang cepat. Tentu kondisi-kondisi ini berlaku tidak pada semua kondisi, hanya beberapa case saja.
Nah dalam membuat keputusan tersebut seorang leader juga terbuka peluang keliru dan salah, namanya juga manusia yang bisa melakukan kesalahan, baik dalam perkataan, perbuatan ataupun sikap. Menjadi seorang leader artinya mengemban amanah yang berat dan siap memberikan keputusan-keputusan yang kadangkala ada pro dan kontranya, ini hal yang biasa. Nah, dengan begitu akan terbuka peluang leader keliru dalam mengambil langkah dan keputusan. Sebenarnya ini tidak akan menjadi masalah jika dihadapi dengan baik terhadap kesalahan tersebut dan mencari cara penyelesaiannya.
Dengan kesalahan-kesalahan tersebut seorang leader bisa berproses menuju keberhasilan dan meningkatkan kompetensi. Selain itu, melalui kesalahan leader akan lebih baik dan lebih tajam dalam membuat keputusan-keputusan strategis lembaga kedepannya.
Ada beberapa cara agar seorang leader bisa menghindari kekeliruan dalam membuat keputusan bagi organisasi atau tim di lembaganya, berikut ulasannnya:
1. Pertimbangan yang matang.
Cara ini sangat ampuh agar terhindar dari kesalahan dalam membuat keputusan, kenapa begitu? Karena dengan melakukan pertimbangan yang matang seorang leader akan diberi waktu untuk berfikir dan melihat secara holistik terhadap permasalahan yang terjadi. Informasi-informasi yang didapat difilter terlebih dahulu dan memastikan informasi yang ingin didapatkan sudah lengkap semua, sehingga sudut pandang leader lebih komprehensif.
Tidak hanya itu dengan pertimbangan yang matang seorang leader bisa mendapatkan waktu untuk berfikir secara jernih. Dengan meluangkan waktu untuk berfikir, leader akan melihat celah atau potensi yang akan membantu dalam membuat keputusan yang benar dan tepat.
2. Melibatkan beberapa organ terkait.
Perlu dipahami bahwa leader bukanlah orang yang tahu segalanya atau paham semua bidang. Mereka juga adalah orang-orang yang banyak memiliki kekurangan, sehingga dimungkinkan untuk bisa berbagi informasi dengan beberapa organ lembaga lainnya. Selain itu, proses ini juga dalam upaya untuk meminimalisir kesalahan dalam membuat keputusan, karena merupakan rangkuman dari berbagai sudut pandang. Dengan adalanya pelibatan seorang leader akan mendapatkan input informasi lebih banyak lagi, sehingga akan memudahkan dalam membuat keputusan.
Jika posisi lembaga masih kecil, bisa saja pengambilan keputusan secara langsung dilakukan. Namun, jika lembaga sudah mulai bertumbuh dan besar tentu akan lebih komplek masalah yang ada. Dengan kompetensi yang masih terbatas tidak ada salahnya melibatkan organ lain. Pelibatan ini juga memberikan kepercayaan kepada anggota lembaga untuk berkontribusi maksimal karena mereka diajak dalam menentukan keputusan dan kebijakan kedepannya.
3. Jangan terlalu mengandalkan intuisi.
Intuisi terkadang memang dibutuhkan, apalagi pada pekerjaan dilapangan yang harus segera diambil keputusan. Orang yang memiliki intuisi yang tajam akan dapat membantu mereka dalam mengambil keputusan, contoh seorang jurnalis ketika di lapangan mendapati ada kasus tabrak lari, dengan intuisi yang dimiliki dia akan langsung merekam dan membuat rilis berita, walaupun dengan keterbatan-keterbatasan yang ada. Atau seorang polisi mendapati kejahatan didepan matanya, mereka harus segera mendapatkan bukti-bukti untuk menguatkan kejahatan yang dilakukan oleh oknum, atau masih banyak lagi contoh yang lain.
Namun, mengandalkan intuisi untuk segala urusan sepertinya bukanlah hal yang bijak, apalagi dalam membuat keputusan. Sebagai leader yang punya amanah di lembaga tentu akan banyak keputusan dibuat dan diambil setiap harinya, dari sekian banyak keputusan yang dibuat jangan sampai terpaku pada riwayat keputusan sebelumnya. Maksudnya adalah seorang leader jangan sampai membuat keputusan hanya berdasarkan hasil pengalaman sebelumnya. Bisa jadi kondisi saat ini dan kondisi masa lalu sangat jauh berbeda dan tidak bisa disamakan dalam pengambilan keputusan.
4. Hindari konfik kepentingan.
Konflik yang terjadi di lembaga adalah hal biasa dan perlu ada sikap yang baik dalam menengahi konflik tersebut. Yang tidak boleh adalah konflik yang terjadi mengandung kepentingan pribadi, misal pengen menang sendiri, pengen keputusannya saja yang disetujui atau ada hal lainnya. Tentu ini bukanlah hal yang bijak jika dalam membuat keputusan seorang leader punya konflik kepentingan.
Leader harus bisa mempertimbangkan adanya ketidaksetujuan dari anggota lainnya dalam keputusan yang diambil. Ketidaksetujuan ini bukanlah hal yang menghambat seorang leader dalam membuat keputusan, leader harus memahami ini. Bisa jadi ketidaksetujuan ini justru baik dalam menjaga keseimbangan membuat kebijakan dan keputusan lembaga. Apa yang harus dilakukan dilakukan jika terjadi demikian? Jawabannya adalah leader harus bisa menyampaikan data dan fakta dibalik alasan dalam pengambilan keputusan ini yang jauh dari konflik kepentingan, yang semata-mata adalah untuk membuat organisasi atau lembaga terus bertumbuh. Artinya ada win-win solution yang diberikan kepada anggota.
Inilah 4 cara yang bisa penulis sampaikan, tentu ada cara-cara lain yang bisa digunakan. Penulis tidak menutup diri dengan adanya penambahan dan koreksi. Mudah-mudahan kedepannya leader bisa membuat keputusan-keputusan strategis yang tepat dalam rangka perbaikan dan pertumbuhan bagi lembaga, sekian..
Semoga bermanfaat
Ditulis dan diperbaharui saat menunggu sarapan pagi
23 Desember 2024 pukul 07.45 WIB